Biografi KH. Mohammad Sholeh, Pendiri Pesantren Attanwir Bojonegoro

 
Biografi KH. Mohammad Sholeh, Pendiri Pesantren Attanwir Bojonegoro

Daftar Isi

1.         Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1       Lahir
1.2       Riwayat Keluarga
1.3       Wafat

2.         Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1       Pendidikan
2.2       Guru-Guru

3.         Perjalanan Hidup dan Dakwah
3.1       Mendirikan Pesantren

4.         Organisasi
5.         Karya Beliau
6.         Referensi

1. Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1 Lahir
KH. Mohammad Sholeh adalah putra kedua dari sembilan bersaudara yang lahir dari pasangan Syarqowi bin Syuro dan ibu Kuning. Beliau dilahirkan pada 20 Februari 1902. Kesembilan bersaudara di antaranya:

  1. Ya’qub,
  2. Mohammad Sholeh,
  3. Siti khatimah,
  4. Syamuri,
  5. Khusnan,
  6. Thohirah,
  7. Muslih,
  8. Ummi Kultsum,
  9. Mukri.

Sejak usia 10 tahun, beliau dan Syamuri diasuh pamannya, H. Idris, adik dari Syarqowi (Bapak KH. M Sholeh). Karena pada saat itu H. Idris dan Istrinya, Hj. Mursinah, tidak mempunyai anak.

1.2  Riwayat Keluarga
Pada pertengahan tahun 1924, beliau diambil menantu KH. Faqih untuk dinikahkan dengan keponakannya sendiri, Nyai Rohimah binti KH. Ali. Kemudian setelah menikah, di tahun 1927 beliau dan istrinya pulang ke Desa Talun, Kecamatan Sumberrejo, Bojonegoro. Dari pernikahan tersebut beliau dikaruniai anak yaitu Sahal Sholeh dan Anisah.

Pada tanggal 20 Januari 1934, istri KH. M0hammad Sholeh , Nyai Rohimah wafat di Desa Talun dan dimakamkan di Dusun Sedayu, Kabupaten Gresik. Saat itu anak keduanya Anisah baru berumur 16 bulan. Beberapa tahun setelah ditinggal wafat istrinya, KH. Mohammad Sholeh menikah lagi dengan Nyai Mukhlisoh (janda KH. Mahbub), ibu dari H. Badawi Jombang.

Tahun 1976, KH. Mohammad Sholeh menunaikan ibadah haji untuk yang kedua kalinya disertai Nyai Mukhlishoh. Namun, pernikahan kedua ini belum sampai dikaruniai anak karena Nyai Hj Mukhlishoh terkena sakit dan akhirnya wafat pada 18 Februari 1992

1.3  Wafat
KH. Mohammad Sholeh wafat pada 26 Juni 1992, jenazah beliau dimakamkan di pemakaman keluarga besar Pondok Pesantren Attanwir.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan

2.1 Pendidikan
Pada tahun 1914, KH. Mohammad Sholeh belajar pada Kyai Umar yang pada waktu itu menjabat sebagai naib di Sumberrejo. Tahun berikutnya 1915, beliau meneruskan belajarnya di Pondok Pesantren Kendal Dander yang diasuh Kyai Basyir dan Kyai Abu Dzarrin, selama 8 bulan.

Pada tahun 1916, beliau pindah ke Madrasatul ‘Ulum di Bojonegoro selama 4 tahun, di kawasan masjid besar. Di situ beliau diasuh Kyai Basyir Kendal yang waktu itu harus pindah ke Bojonegoro karena diangkat menjadi penghulu hakim oleh Pemerintah.

Di Madrasatul ‘Ulum KH. Mohammad Sholeh belajar ilmu fiqih dengan mengkaji kitab, seperti Sulam Taufiq, Fathul Qorib dan Fathul Mu’in. Serta ilmu nahwu dengan mengkaji kitab, seperti Aj-jurumiyah hingga Alfiyah dan tidak ketinggalan pula ilmu Shorof dan lain-lain. Selama belajar di sana beliau setiap hari pulang pergi dengan naik kereta api. Dan beliau juga sempat belajar pada KH. Kholil Bangkalan Madura.

Selanjutnya pada tahun 1921, beliau mondok di Maskumambang Dukun Gresik, di pesantren yang diasuh KH. Faqih bin KH. Abdul Jabbar. Pada tahun 1923, saat beliau berusia 21 tahun, beliau menunaikan haji yang pertama dan berencana mondok di Makkah selama 2 tahun. Namun, baru 8 bulan di Makkah ternyata ada hambatan.

Kota Makkah yang saat itu dipimpin oleh Syarif Husain, mendapat serangan dari Raja Saud. Akhirnya KH. Mohammad Sholeh pun kembali pulang ke Jawa dan meneruskan mondok di Maskumambang Dukun Gresik hingga tahun 1927.

2.2  Guru-Guru

  1. H. Idris,
  2. Kyai Umar,
  3. KH. Basyir, di Pondok Pesantren Kendal Dander,
  4. KH. Abu Dzarrin, di Pondok Pesantren Kendal Dander,
  5. Syaikhona Kholil Bangkalan,
  6. KH. Faqih bin KH. Abdul Jabbar, Pesantren Maskumambang.

3. Perjalanan Hidup dan Dakwah

3.1  Mendirikan Pesantren
Pondok Pesantren At-Tanwir yang terletak di Desa Talun, Kecamatan Sumberrejo, Kabupaten Bojonegoro ini mulai dirintis pada
tahun 1933 oleh KH. Mohammad Sholeh. Pondok ini adalah salah satu pondok pesantren tertua di Bojonegoro.

Sebelum menjadi bangunan pondok besar seperti saat ini, bangunan tersebut dulunya merupakan sebuah mushala yang telah dipersiapkan oleh orang kaya dari Desa Talun sendiri yang bernama H. Idris yang tak lain adalah paman dari KH. Mohammad Sholeh.

Haji Idris telah mempersiapkan pembangunan mushala itu untuk KH. Mohammad Sholeh yang telah diangkat menjadi putranya agar bisa mengamalkan ilmu yang telah dipelajarinya selama belajar di Pondok Pesantren Maskumambang, Gresik.

Pada tahun 1933, KH. Mohammad Sholeh mulai melakukan pembelajaran di mushala yang telah dipersiapkan oleh ayah angkatnya
tersebut. Beliau memulai dari mengajar membaca Al-Qur’an, tulis menulis huruf Arab, tata cara beribadah yang benar dan lain sebagainya.

Pembelajaran dilakukan setiap hari setelah waktu shalat Ashar hingga menjelang waktu shalat Isya. Kegiatan ini beliau lakukan seorang diri dengan penuh ketelatenan, keuletan, kesabaran serta keikhlasan.

Setelah beberapa bulan lamanya, santri yang datang untuk mengaji kepada beliau semakin bertambah banyak. Pada mulanya hanya sekitar 10 anak kemudian bertambah mencapai 40 anak baik yang datang dari desa Talun maupun dari desa sekitarnya.

Semakin lama, antusiasme masyarakat untuk belajar agama Islam semakin meningkat, sehingga mushola yang ditempati untuk kegiatan
belajar mengajar dan sholat berjamaah tidak mampu menampung jumlah santri yang semakin lama semakin bertambah.

Untuk mengatasi hal tersebut, mantan kepala desa Talun yang dulunya sangat membenci KH. Mohammad Sholeh ikut membantu dengan membeli sebuah rumah dari kayu jati dengan ukuran lebih besar yang ia wakafkan untuk membangun sebuah mushala yang lebih besar untuk dapat menampung seluruh santri. Seiring berjalannya waktu, jumlah santripun semakin bertambah banyak, tidak hanya santri putra saja, tapi santri putri juga.

Selain itu, ada pula santri yang berasal dari luar daerah yang mengharuskan mereka untuk menginap sehingga muncullah keinginan untuk membangun rumah yang diperuntukkan untuk para santri yang datang dari jauh. Semakin banyaknya tuntutan masyarakat serta banyaknya umat yang telah sadar untuk belajar mengaji dan menjalankan syari’at Islam dengan baik, maka tercetuslah ide untuk mendirikan pondok pesantren.

4. Organisasi
Beliau pernah mengikuti perkumpulan KHI atau Kompilasi Hukum Islam di Jakarta, yang waktu itu KH. Mohammad Sholeh juga terlibat dalam terwujudnya KHI Indonesia

5. Karya Beliau
Kitab Risalah Safiiyah

6. Referensi
Diolah dan dikembangkan dari data-data yang dimuat di situs: Digilib UINSA

Sebelumnya artikel ini dibuat pada tanggal 10 Mei 2022 dan kembali diedit dengan penyelarasan bahasa pada tanggal 20 Februari 2024

 

Lokasi Terkait Beliau

List Lokasi Lainnya