Sepuluh Wasiat Imam Hanafi RA Kepada Anaknya

 
Sepuluh Wasiat Imam Hanafi RA Kepada Anaknya
Sumber Gambar: Dokumentasi istimewa, Iluatrasi: Laduni.id

Laduni.ID, Jakarta - Abu Hanifah al-Numan bin Tsabit bin Zautho Al-Taimi Al-Kufi atau Imam Abu Hanifah atau Imam Hanafi rahimahullah (5 September 699 M - 14 Juni 767 M, Bagdad, Irak) ketika berumur 70 tahun (termaktub dalam kitab Siyar a’lam al-Nubala’, juz 6, hal. 390-403, karya Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Utsman bin Qaimaz bin Abdullah adz-Dzahabi al-Fariqi Asy-Syafi'i atau Imam Adz-Dzahabi rahimahullah, 5 Oktober 1274 M - 3 Februari 1348 M di Damaskus, Suriah)

Imam Hanafi rahimahullah memberikan wasiat kepada putranya sekaligus muridnya, Hammad bin Abi Hanifah al-Nu’man bin Tsabit al-Kufi rahimahullah (wafat 176 H / 793 M), yang masyhur dengan nama al-Faqih Abu Isma‘il. Seorang ahli ilmu, ahli agama, shalih dan sangat wara’.

Wasiat tersebut sebagaimana tercantum dalam kitab Jami’ al-Ushul fi al-Auliya, karya Syaikh Ahmad Dhiya'uddin Musthofa Al-Kamisykhonawy An Naqsabandy Al-Kholidi rahimahullah (wafat 1893 M).

Imam Abu Hanifah rahimahullah Berkata kepada anaknya Hammad: “Wahai anakku sayang, semoga Allah Ta’ala senantiasa memberi petunjuk dan menolongmu. Aku akan sampaikan kepadamu sebuah wasiat yang jika sekiranya kamu mengingat dan mengamalkannya, aku berharap dengannya kamu akan mendapat kebahagiaan dalam urusan agama dan dunia, jika Allah menghendaki.

Pertama, hendaklah kamu menjaga ketaqwaanmu dengan memelihara anggota badan dari perbuatan maksiat karena takut kepada Allah, serta melaksanakan segala perintah-Nya sebagai bentuk penghambaan diri (‘ubudiyyah) kepada-Nya.

Kedua, hendaklah kamu tidak tetap berada dalam ketidaktahuan akan sesuatu hal yang kamu perlu mengetahuinya.

Ketiga, hendaklah kamu tidak bergaul melainkan bersama orang yang kamu butuhkan dalam urusan agama dan duniamu.

Keempat, hendaklah kamu berlaku adil terhadap diri sendiri dan janganlah kamu mempertahankan bagi dirimu sendiri kecuali dalam keadaan terpaksa.

Kelima, hendaklah kamu tidak memusuhi orang Muslim dan orang dzimmi.

Keenam, hendaklah kamu merasa cukup dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu dari harta dan kedudukan.

Ketujuh, hendaklah kamu perelok menutup-nutupi dalam sesuatu hal yang bermanfaat kepadamu dalam merasa cukup dari manusia.

Kedelapan, hendaklah kamu tidak meremehkan seorangpun manusia atasmu.

Kesembilan, hendaklah kamu mengendalikan dirimu dari terlibat perkara yang tidak berfaedah.

Kesepuluh, hendaklah kamu apabila bertemu dengan orang-orang, mengawali ucapan dengan salam, memperindah tutur kata, menunjukkan kasih sayang kepada orang yang baik, dan menyenangkan hati kepada dengan orang yang jahat.


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 10 Maret 2022. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

_________

Penulis: Al-Faqir Ahmad Zaini Alawi, Khodim Jamaah Sarinyala Kabupaten Gresik

Editor: Athallah Hareldi