Implementasi Ajaran Tasawuf sebagai Materi Pendidikan Moral

 
Implementasi Ajaran Tasawuf sebagai Materi Pendidikan Moral
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Tasawuf merupakan cabang ilmu dalam Islam yang bertujuan untuk menghindari hal-hal yang bersifat keduniawian. Secara terminologi, istilah tasawuf ini berasal dari bahasa Arab dari kata “tashowwafa-yatashowwafu-tashowwuf” mengandung makna (menjadi) berbulu yang banyak, yakni menjadi seorang sufi atau menyerupainya dengan ciri khas pakaiannya terbuat dari bulu domba/wol yang menandai kesederhanaan pada masanya. Bisa juga kata tersebut berasal dari kata Shufanah yang memiliki makna kayu yang bertahan hidup dan tumbuh pada kegersangan padang pasir, yang menyiratkan akan keteguhan prinsip dalam menjalani kehidupan di dunia ini.

Secara tidak langsung, jika dikaji lebih jauh, tasawuf merupakan praktik keagamaan yang dilakukan oleh Nabi dan para sahabatnya, yang laku tersebut dikhususkan untuk membersihkan diri secara maknawiyah dan bertujuan untuk mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah.

Para ahli mendeskripsikan tasawuf sebagai aspek esoterik dalam Islam, atau tradisi mistik dalam Islam. Hal ini juga sebagai penyempurnaan rohani untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Karena upaya yang bersifat bathiniyah, maka para ahli juga menyebut bidang ini sebagai gerakan mistik (Mystical Movement) dan Islamic Mysticism. Istilah tersebut dikarenakan para sufi yang menekankan tasawuf yang bercorak mistik. 

Istilah tasawuf sebagai landasan filosofis menyiratkan makna bahwa Tuhan adalah Dzat Yang Maha Suci, sehingga untuk mendekatkan diri kepada-Nya harus dilakukan dengan kejernihan atau kesucian jiwa. Dan untuk menjernihkan diri diperlukan juga sebuah perjuangan batin (mujahadah) dan olah jiwa (riyadhoh).

Dapat dipahami bahwa tasawuf ini mengajarkan bagaimana seharusnya sikap moral seorang Muslim dalam berhubungan baik dengan Tuhan. Dengan melakukan penjernihan hati maka diharapkan akan membuahkan moral yang beradab. Oleh karena itu hubugan tasawuf dan moral sangatlah dekat, bahkan moral menjadi bagian dari tasawuf sendiri. Dan jika hal ini dapat diterapkan sedari dini maka peran tasawuf sangat berpengaruh untuk kedepannya.

Tujuan artikel ini ialah untuk memberitahukan dan memberi pemahaman tentang pendidikan moralitas dengan tasawuf, serta memprioritaskan pendidikan tasawuf untuk menghasilkan generasi yang memiliki karakter yang teguh dan mumpuni dalam masalah agama.

Pendidikan moral merupakan pendidikan yang wajib diberikan sedari dini. Pendidikan ini bukan mengajarkan tentang nonakademik, namun terkhusus pada bidang perilaku, sikap sehari-hari atau lebih dikenal dengan norma kesopanan baik dalam lingkungan keluarga maupun sekitar.

Dari pendidikan moral tersebut juga akan mempengaruhi karakter, dan dari sini bisa diketahui bahwa pendidikan moral merupakan bagian terpenting. Baik bagi individu maupun bagi masyarakat, sebab dari karakter akan meciptakan kesadaran bersama untuk membangun karakter yang kokoh bagi generasi selanjutnya.

Karakter bangsa merupakan aspek yang penting dari kualitas SDM, karena kualitas karakter bangsa menentukan kemajuan suatu bangsa. Karakter yang berkualitas perlu dibentuk sedari dini. Sebab usia dini merupakan masa kritis bagi pembentukan karakter seseorang.

Tasawuf juga memiliki peran dalam pembentukan karakter yang sempurna, sebab tasawuf merupakan pelajaran yang solid dalam hal itu. Dengan pembinaannya yang berbasis ajaran moralitas tarekat maka seseorang secara terus menerus dapat mengamalkan ajaran Islam sesuai dengan pengajarnya.

Harun Nasution pernah menyatakan, bahwa jika seseorang mempelajari ilmu tasawuf, maka otomatis akan mengutamakan akhlak Al-Qur’an dan Hadis yang menekankan nilai-nilai kejujuran, persaudaraan, sosial, kesetiakawanan, gotong royong, saling tolong menolong, rendah hati, dan akhlak terpuji lainnya, yang mana aspek-aspek tersebut wajib dimiliki sejak kecil.

Penerapan Tasawuf dalam Membangun Moralitas

Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa tasawuf adalah sebuah bentuk dari moral Islam itu sendiri, yang mana dengan tasawuf juga dapat membentuk karakteristik Muslim yang sempurna bagi anak di tengah kegersangan moralitas yang terjadi saat ini.

Maraknya penggunaan Smartphone dan juga kebebasan anak untuk mengakses segala macam aplikasi serta sosial media, yang menjadikan krisis moral. Maka dengan itu tasawuf dapat menjadi solusi dalam membimbing dan memperbaiki akhlak anak yang diterapkan sejak dini, dengan melakukan jujur dalam berperilaku serta ucapan, juga sabar dalam segala hal, dan ikhlas dalam menerima segala ujian yang diberikan.

Dengan hal tersebut juga dapat dikatakan sebagai bentuk penyucian diri. Penyucian diri di sini diartikan sebagai bentuk menahan diri dari hawa nafsu, syahwat, dan amarah. Serta menjauhi hal-hal yang tercela.

Tasawuf memiliki peran yang penting dan tanggung jwab yang besar akan spiritual seseorang. Terdapat beberapa prinsip yang diajarkan dalam tasawuf yang sangat berpengaruh positif bagi masa depan manusia, seperti halnya bertawakkal, introspeksi diri, menjauhi hal-hal yang buruk, dan masih banyak lagi.

Tasawuf juga mengajarkan manusia menjadi pribadi yang lebih baik, dan juga berakhlak mulia. Maka dengan keadaan hati yang suci dan bersih, seorang hamba akan lebih mudah dapat mendekatkan diri dengan Tuhan serta dapat mencapai derajat mengenal Allah (Ma’rifatullah).

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa tasawuf itu identik dengan pendidikan moralitas, jadi sangat tepat jika aspek-aspek tasawuf diajarkan sedari dini untuk perbaikan moralitas bangsa. Sebab di era sekarang yang serba digital dan serba materialistik dapat dikatakan gersang akan nilai-nilai spiritualitas. Maka dari itu kehadiran tasawuf sebagai pendidikan moral menjadi solusi atas krisis moralitas saat ini, dengan menekankan dalam praktik nilai-nilai tasawuf seperti tazkiyatun nafs, mujahadah, muraqabah, muhasabah, dan lainnya.

Semua itu lalu perlu diterapkan dalam bentuk pendidikan modern, yang memang diharapkan tertanam dengan baik nilai-nilai spiritualitas, seperti tumbuhnya sikap kejujuran, sabar, tawakkal, qona’ah, amanah, disiplin, tanggung jawab, dan lainnya. Jika hal ini bisa diterapkan maka anak-anak yang terdidikan sedemikian rupa itu akan bisa menjadi generasi yang sempurna. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 08 Januari 2022. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Penulis: Muhammad Alwi Annazar (Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya)

Editor: Hakim