Belajar Bijak Berbeda Pendapat dari Sahabat Nabi

 
Belajar Bijak Berbeda Pendapat dari Sahabat Nabi
Sumber Gambar: EKATERINA BOLOVTSOVA/Pexels (Foto Ilustrasi berbeda pendapat)

Laduni.ID, Jakarta - Perbedaan dalam masalah fiqih adalah sesuatu yang ada dan bukan diada-adakan. Jadi, sebelum lebih jauh mendalami fiqih, seorang harus siap menghadapi perbedaan itu sendiri dan bersikap bijak dalam perbedaan tersebut.

Abu Ishaq Ibrahim bin Musa bin Muhammad Al-Lakhmi Asy-Syathibi Al-Gharnati Al-Maliki atau Imam Asy-Syathibi rahimahullah (wafat 8 Sya’ban 790 H / 19 Agustus 1388 M di Granada Spanyol) dalam kitabnya  Al-Muwafaqat, meriwayatkan qoul  Hafizhul Ashr Qudwatul Mufassirin wal Muhadditsin al-Imam Qatadah bin Di’amah As Sadusi Imam Qatadah rahimahullah (wafat 680 - 735 M,  Kegubernuran Wasit, Irak) yang mana qoul ini sangat masyhur sekali di kalangan para fuqaha dan pembelajar fiqih :

مَنْ لَمْ يَعْرِفْ الِاخْتِلَافَ لَمْ يشمَّ أنفُه الْفِقْهَ

“Siapa yang tidak tahu (Tidak mengakui) Ikhtilaf, ia sama sekali tidak bisa mencium Fiqih”. (Kitab Al-Muwafaqat, 5/122).

Kalau mau berbeda silahkan saja, hanya saja perlu dijaga jangan sampai merasa paling benar di depan umat, yang akhirnya menimbulkan gesekan dan kesalahpahaman. Bukankah seorang muslim dituntut untuk menjaga harmonisasi persatuan antara sesama muslim ?

Mungkin beberapa orang lupa atau tidak tahu bahwa ada kaidah fiqih, yang sangat mengambarkan sekali bagaimana ulama fiqih itu benar-benar peduli akan terwujudnya persatuan umat walaupun dalam bingkai perbedaan pendapat. Sebagaimana disebutkan oleh Imam Jalaluddin Abdurrahman bin Kamaluddin Abu Bakr bin Muhammad bin Sabiquddin Al-Misri Asy-Suyuthi Asy-Syafi'i Al-Asy'ari Atau Imam Asy-Suyuthi rahimahullah (3 Oktober 1445 M - 18 Oktober 1505 M, Kairo, Mesir) sebagai berikut :

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN