Ziarah Makam Syech Muhammad Nafis Al-Banjari, Sosok Pengarang Kitab Ad-Durun Nafis

Memperoleh Donasi Sebesar : Rp 0. Donasi Sekarang
 
Ziarah Makam Syech Muhammad Nafis Al-Banjari, Sosok Pengarang Kitab Ad-Durun Nafis
Sumber Gambar: Makam Syekh Muhammad Nafis Al-Banjari/Wikipedia

Daftar Isi

Laduni.ID, Jakarta - Syekh Muhammad Nafis Al-Banjari bersama Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari merupakan tokoh penting dalam penyebaran Islam di Kalimantan Selatan. Karena tingginya ilmu yang dimiliki dan kegigihannya dalam berdakwah, Syekh Muhammad Nafis Al-Banjari diberi gelar oleh masyarakat Sumatera sebagai ‘Maulana al-'Allamah al-Fahhamah al-Mursyid Ilaa Thariq al-Salamah as-Syekh Muhammad Nafis Ibn Idris Ibn Husein al-Banjari (Tuan Guru yang sangat 'alim yang menunjukkan kejalan keselamatan Syekh Muhammad Nafis bin Idris bin Husein al-Banjari). 

Selama hidupnya, Syekh Muhammad Nafis Al-Banjari menulis beberapa buah karya. Karya-karya tersebut sebagian membahas tentang masalah hubungan antara makhluk dengan khaliq, atau dalam bidang tasawuf. Buku-bukunya, antara lain, Kanz as-Sa'adah fi Bayan Istilihat as-Sufiyyah (suatu buku yang menguraikan istilah-istilah sufi) dan Ad-Durrun an-Nafis fi Bayan Wahdah al-Af'al wa al-Asma' wa as-Sifat wa az-Zat (Permata Berharga tentang Kesatuan, Nama, Sifat, dan Zat).

Karena kegigihannya dalam mempelajari ilmu Tassawuf. Syekh Muhammad Nafis akhirnya berhasil mencapai gelar “Syekh al-Mursyid”, yaitu seorang yang memahami, mengerti, mengamalkan serta mempunyai ilmu yang cukup tentang Tasawwuf, gelar yang menunjukkan bahwa beliau mampu dan diperkenankan serta diberi izin untuk mengajar Tasawwuf dan tarekatnya kepada orang lain.

Profil

Nama lengkap beliau adalah Muhammad Nafis bin Idris bin Husein, beliau lahir sekitar tahun 1148 H/11735 M, di kota Martapura, sekarang ibukota Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Syekh Muhammad Nafis al-Banjari berasal dari keluarga bangsawan atau kesultanan Banjar yang garis silsilah dan keturunannya bersambung hingga Sultan Suriansyah (1527-1545 M.) Raja Banjar pertama yang memeluk agama Islam, yang dahulu bergelar Pangeran Samudera.

Guru-guru beliau di antaranya:

  1. Syech Abdullah bin Hijazi asy-Syarqawi al-Azhari.
  2. Syekh Shiddiq bin Umar Khan.
  3. Syekh Muhammad bin Abdul Karim as-Samani al-Madani.
  4. Syekh Abdur Rahman bin Abdul Aziz al-Maghribi.
  5. Syekh Muhammad bin Ahmad al-Jawhari.
  6. Syekh Yusuf Abu Dzarrah al-Mishri.
  7. Syekh Abdullah bin Syekh Ibrahim al-Mirghani.
  8. Syekh Abu Fauzi Ibrahim bin Muhammad ar-Ra’is az-Zamzami al-Makki.

Untuk kelanjutannya tentang Profil beliau silahkan baca di Biografi Syech Muhammad Nafis Al-Banjari

Lokasi Makam

Tidak ada catatan pasti kapan beliau wafat, namun dikarenakan masa hidup yang sezaman dengan Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari, Syekh Muhammad Nafis Al-Banjari diperkirakan wafat pada 1812 M. Beliau dimakamkan di Mahar Kuning, Desa Binturu, sekarang menjadi bagian desa dari Kecamatan Kelua, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan.

Haul

Haul Syech Muhammad Nafis Al-Banjari diadakan pada bulan Rajab di tahun hijriah. Haul diperingati di kawasan Komplek Makam Syekh Muhammad Nafis Al-Banjari, di Desa Binturu, Kecamatan Kelua

Motivasi Ziarah Menurut Syekh An Nawawi al Bantani

1. Untuk Mengingat mati dan Akhirat
2. Untuk mendoakan
3. Untuk mendapatkan keberkahan
4. Memenuhi hak ahli kubur yang diziarahi, seperti ke makam orang tua

Fadilah

Makam Syech Muhammad Nafis Al-Banjari banyak dikunjungi para peziarah dan santri, tidak hanya datang dari wilayah Tabalong saja. Banyak peziarah yang datang dari luar kota dan bahkan dari luar Kalimantan yang berziarah di makamnya yang berada di Komplek pemakaman Desa Binturu.

Ada keyakinan dari masyarakat dan santri yang datang ke sana bahwa dengan berziarah, berdoa dan bertawassul di makam  Syech Muhammad Nafis Al-Banjari, maka akan dimudahkan segala hajatnya, dimudahkan dalam kelancaran rezekinya.

Oleh-oleh

Oleh-oleh yang bisa dibeli dan dibawa pulang usai ziarah di Tabalong di antaranya:
Kue Lapis India, Kue Bingka, Roti Pisang Banjar, Kue Pare, Kue Apem Barabai, Dodol Kandangan,  Amplang Ikan, Rabuk Ikan, Ikan Seluang Goreng, Kue Rangai, Ikan Sepat Kering

Raden Fatah adalah pendiri dan raja Demak pertama dan memerintah tahun 1500-1518.
 

Profil

KH. Ahmad Sholeh adalah putra kedua dari KH. Muhammad Nur pendiri Pondok Pesantren Langitan. Beliau lahir di Tuban sekitar tahun 1820 an.  KH. Ahmad Sholeh menikah 1287 Hijriyah dengan Raden Nyai Asriyah, puteri KH. Mukhtar (pengasuh Pondok Pesantren Cepoko, Kabupaten Nganjuk). Dari pernikahan tersebut lahir putera dan puteri diantaranya:

  1. Nyai Shofiyah (dinikahkan dengan KH. Khozin, penerus estafet K.H. Ahmad Sholeh di Pondok Pesantren Langitan)
  2. KH. Dahlan Hasbullah
  3. KH. Adnan
  4. Nyai Sholihah (dinikahkan dengan KH. Zainuddin Mojosari, Kabupaten Nganjuk)
  5. Nyai Khodiyah (dinikahkan dengan KH. Rofi’i Gondanglegi, Kabupaten Nganjuk)
  6. Satu puteri lagi yang dinikahkan dengan KH. Nur Iman (berdomisili di Tuban).

Guru-guru beliau di antaranya:

  1. KH. Muhammad Nur (Ayahanda KH. Ahmad Sholeh)
  2. K.H. Abdul Qodir atau Abdul Qohhar (Pesantren Al-Najiyah Sidoresmo, Surabaya)
  3. K.H. Hasbullah (Pesantren Sambilangan, Madura)
  4. Syekh Nawawi Banten
  5. Syekh Ahmad bin Zaini Dahlan (Imam dan Mufti Mahzab Syafi’i di Mekkah al-Mukaromah)
  6. Syekh Muhammad Al-Muqri
  7. Syekh Muhammad bin Sulaiman Hasbullah Al-Makki
  8. Syekh Ahmad Nahrowi
  9. Sayyid Muhammad Saleh bin Sayyid Abdur Rahman Az-Zawawi
  10. Syekh Zahid, Syekh Umar Asy-Syami
  11. Syekh Yusuf Al-Mishri
  12. Syekh Jamal (Mufti Mazhab Hanafi)

Untuk kelanjutannya tentang Profil beliau silahkan baca di Biografi KH. Ahmad Sholeh

Lokasi Makam

KH.  Ahmad  Sholeh  mengasuh  Pondok Pesantren Langitan, selama kurang lebih 32 tahun. Beliau wafat pada tahun 1320 H./1902 M. dan dimakamkan di  kompleks pesarean di Desa Widang, kurang lebih 400 meter sebelah utara kompleks Pondok Pesantren Langitan.

Haul

Haul beliau diperingati tiap tahun pada bulan Shofar tahun Hijriah di pesantren Langitan Tuban

Motivasi Ziarah Menurut Syekh An Nawawi al Bantani

1. Untuk Mengingat mati dan Akhirat
2. Untuk mendoakan
3. Untuk mendapatkan keberkahan
4. Memenuhi hak ahli kubur yang diziarahi, seperti ke makam orang tua

Fadilah

Makam KH. Ahmad Sholeh banyak dikunjungi para peziarah dan santri. Tak hanya datang dari wilayah Tuban saja. Banyak peziarah yang datang dari luar kota dan bahkan dari luar Jawa yang makamnya berada di Komplek pemakaman di Desa Widang, Tuban.

Ada keyakinan dari masyarakat dan santri yang datang ke sana bahwa dengan berziarah, berdoa dan bertawassul di makam  KH. Ahmad Sholeh, maka akan dibukakan alam pikiran dan hatinya dalam menerima ilmu, Diberi kemudahan dalam mencari rezeki, diberi kemudahan dalam mencari jodoh, dan diberi kemudahan dalam mendapatkan anak sholeh dan sholehah.

Oleh-oleh

Oleh-oleh yang bisa dibeli dan dibawa pulang usai ziarah di Tuban di antaranya:
Cumi Crispy, Kecap Laron, Keripik Gayam, Buah Siwalan, Legen, Terasi Udang, Amplo, Gemblong, Ikan asin Tuban, Kerupuk ikan

 

 

 

 

Sumber foto: Wikipedia, Banjarmasinpost.co.id

 


Editor: Daniel Simatupang