Tiga Perkara Aneh Imam Syafi’i yang Diketahui Putri Imam Ahmad bin Hanbal

 
Tiga Perkara Aneh Imam Syafi’i yang Diketahui Putri Imam Ahmad bin Hanbal
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Hubungan antara Imam Syafi’i dengan Imam Ahmad bin Hanbal sangatlah dekat. Di luar hubungan antara guru dan murid, keduanya saling memberi pujian dan menghormati. Bahkan beberapa kali Imam Syafi’i menyempatkan diri berkunjung ke kediaman Imam Ahmad.

Dalam Kitab Al-Bujairami Al-Khatib karya Syaikh Sulaiman bin Muhammad bin Umar Al Bujairimi Al Syafi’i dikisahkan;

Suatu ketika Imam Syafi’i berkunjung ke kediaman Imam Ahmad bin Hanbal, ternyata kedatangan Imam Syafi’i telah dinanti oleh putri Imam Ahmad yang sangat mengaguminya. Putri Imam Ahmad ingin sekali melihat Imam Syafi’i secara langsung, melihat apa saja yang dikerjakan, dan mendengar ucapan-ucapan orang yang sangat dihormati oleh ayahnya itu.

Putri Imam Ahmad merupakan seorang putri yang sholihah. Tatkala malam hari, ia beribadah, dan di kala siang ia berpuasa. Putrinya itu juga sangat menyukai kisah-kisah orang sholeh. Itulah mengapa putri Imam Ahmad merasa sangat senang ketika Imam Syafi’i berkunjung ke rumah mereka, sebab Imam Ahmad sering menceritakan kisah Imam Syafi’i kepadanya.

Setelah selesai makan malam bersama, Imam Syafi’i langsung menuju tempat shalat untuk melaksanakan shalat dan dzikir malam. Sayangnya Imam Syafi’i ketiduran dalam keadaan terlentang, dan hal tersebut pun disaksikan oleh putri Imam Ahmad yang mengawasinya hingga fajar.

Di pagi hari, sang putri bertanya kepada Imam Ahmad, “Wahai ayahku, apa benar dia Imam Syafi’i yang engkau ceritakan padaku?”

“Benar anakku,” jawab Imam Ahmad.

“Aku mendengar bahwa engkau sangat menghormati Imam Syafi’i, tapi apa yang aku lihat tadi malam dia tidak shalat, tidak dzikir, tidak pula wirid? Dan aku juga melihat ada tiga hal yang aneh,” ujar sang putri.

“Apa saja tiga hal aneh itu, wahai anakku?” tanya Imam Ahmad.

“Ketika kita sajikan makanan kepada Imam Syafi'i, dia makan banyak sekali dan ini berbeda dengan yang kudengar. Ketika masuk kamar, dia tidak beribadah shalat malam, dan ketika shalat Subuh bersama kita, dia shalat tanpa wudhu,” jelas sang putri.

"Aku mendengar bahwa engkau menghormati Imam Syafi'i, tapi apa yang aku lihat tadi malam membuatku ragu," tambah sang putri.

Maka disampaikanlah apa yang Imam Ahmad dengar dari putrinya itu kepada Imam Syafi’i. Lalu Imam Syafi’i berkata menjelaskan semua hal yang menjadi tanda tanya itu:

“Wahai Abu Muhammad, aku memang semalam banyak makan karena aku tahu bahwa makananmu adalah halal dan engkau adalah orang mulia, sedangkan makanan orang mulia adalah obat, kalau makanan orang bakhil adalah penyakit. Jadi, aku makan bukan untuk kenyang tapi untuk berobat dengan makananmu."

"Adapun semalam aku tidak shalat malam, hal itu dikarenakan ketika aku melatakkan kepalaku untuk tidur, aku melihat seolah-olah Al-Qur'an dan Hadis berada di depanku, kemudian Allah membukakan kepadaku 72 masalah ilmu fiqih yang khusus untuk kemaslahatan muslimin. Maka memikirkan ilmu inilah yang menghalangi antara diriku dan shalat malam.”

"Adapun ketika shalat Subuh bersama kalian aku tidak wudhu, maka demi Allah tidaklah kedua mataku tertidur hingga aku butuh memperbaharui wudhu. Semalam suntuk aku terjaga, jadi aku shalat Subuh bersama kalian dengan wudhu shalat Isya," kata Imam Syafi’i.

Sejurus kemudian Imam Syafi'i berpamitan dan pulang setelah menjelaskan semua hal terkait dirinya yang meresahkan putri Imam Ahmad itu. 

Setelah itu, Imam Ahmad menjelaskan kepada putrinya atas apa yang dikatakan oleh gurunya. Lalu beliau mengatakan, “Yang dikerjakan oleh Imam Syafi'i semalam dalam keadaan tiduran itu lebih utama daripada apa yang kukerjakan sambil shalat malam.”

Demikianlah kisah menakjubkan Imam Syafi'i yang membuat penasaran putri Imam Ahmad bin Hanbal. Tidurnya orang sholeh yang alim itu tidak bisa dibandingkan nilainya dengan hanya ibadah semalam suntuk. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 18 November 2021. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

Penulis: Muhammad Syakur (Gus Dewa)

Editor: Hakim