Khutbah Jumat: Keangkuhan Fir’aun Menolak Kebenaran

 
Khutbah Jumat: Keangkuhan Fir’aun Menolak Kebenaran
Sumber Gambar: Foto Ist

KHUTBAH 1

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ لَهُ الْحَمْدُ كُلُّهُ وَ لَهُ الْمُلْكُ كُلُّهُ وَ بِيَدِهِ الْخَيْرُ كُلُّهُ وَ إِلَيْهِ يَرْجِعُ الْأَمْرُ كُلُّهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَاإِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ فِيْ ذَاتِهِ وَ أَسْمَائِهِ وَصِفَاتِهِ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَفْضَلُ مَخْلُوْقَاتِهِ أَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى أَلِهِ وَ أَصْحَابِهِ الْمُقْتَدِيْنَ بِهِ فِيْ كُلِّ حَالَاتِهِ. أما بعد فَيَا عِبَادَاللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَالزَّادِ التَّقْوَى فَقَالَ اللهُ عَزَّ مِنْ قَائِلٍ : لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Marilah kita memanjatkan Puja dan Puji Syukur kehadirat Allah SWT dengan nikmatnya dan hidayahnya kita dapat berkumpul disini menunaikan solat berjamah

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam yang telah menyampaikan Agama yang sempurna kepada umat manusia. Semoga kita termasuk kedalam golongan orang-orang selalu berpegang teguh dengan sunnah Beliau hingga ajal menjemput kita.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

قَالَ ٱلۡمَلَأُ مِن قَوۡمِ فِرۡعَوۡنَ إِنَّ هَٰذَا لَسَٰحِرٌ عَلِيمٞ 

Pemuka-pemuka kaum Fir'aun berkata: "Sesungguhnya Musa ini adalah ahli sihir yang pandai, (QS. Al-A’raf, 07:109).

Dalam kajian terhadap ayat ini, dijelaskan tentang penolakan Fir’aun dan pembesarnya terhadap kebenaran, karena mereka ingin mempertahankan kekuasaan, kedudukan, dan harta. Fir’aun dan para pembesarnya melakukan berbagai usaha yang licik serta menggunakan cara-cara lain yang tidak terpuji. Allah s.w.t. akhirnya memberikan pertolongan kepada Nabi Musa a.s. dengan mengalahkan semua usaha Fir’aun dan para pembesarnya, sehingga kemudian mereka tergolong orang-orang yang dilakalahkan. Mukjizat Nabi Musa itu dianggap oleh Fir’aun dan kaumnya sebagai sihir yang sangat tinggi.

Sihir terdiri dari tiga macam, yaitu (1) para ahli sihir sebagai sugestibel (pemilik sugesti yang sangat tinggi), mensugesti orang lain, sehingga sugesti itu menekan dalam anatomi otak seseorang dari kesadaran kepada ambang sadar. Dengan demikian, orang itu seolah-olah melihat sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi, atau melihat sesuatu yang berbeda dengan wujud sesungguhnya. Atau melihat sesuatu yang tidak ada, atau juga sebaliknya melihat sesuatu yang wujud padahal sebenarnya tidak ada. (2) sihir yang berkaitan dengan sulap, yaitu seorang pesulap yang keahliannya sangat terlatih, memainkan benda-benda tertentu, sehingga orang yang menyaksikan bisa melihat keanehan-keanehan dari kecepatan tangan pesulap itu, sehingga menimbulkan ketakjuban. (3) sihir yang memanfaatkan hipnotis dengan jalan mempengaruhi jiwa orang yang lemah dengan jiwa yang lebih kuat. Kadang-kadang, dibantu dengan intervensi makhluk halus.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Bagi orang yang jiwanya lemah akan menimbulkan sikap yang histeris, sehingga menjerit-jerit atau berlari yang tidak jelas tujuannya, seperti orang yang kesurupan. Sebagai contoh hal seperti ini, bisa dilihat dalam ritual turun sintren dan permainan jailangkung. Permainan turun sintren, yaitu suatu ritual yang dilakukan dengan mempergunakan anak perempuan menjelang baligh, sekitar umur sepuluh atau sebelas tahun, kemudian anak perempuan itu diikat tangannya ke belakang, lalu dimasukkan dalam kurungan ayam yang besar. Dalam kurungan itu disediakan kaca hias, bedak, lipstick, parfum dan sebagainya. Kurungan itu kemudian ditutup dengan kain, sehingga tidak kelihatan. Lalu oleh dukunnya, dinyanyikan lagu-lagu khusus oleh anak-anak kecil di sekelilingnya sambil menari-nari, lagunya berjudul turun sintren. Setelah lagi-lagu itu selesai, dibukalah kurungan ayam itu dan ternyata anak perempuan kecil itu, sudah berhias dengan bedak, lipstick, parfum dan sebagainya, padahal tangannya masih terikat.

Permainan jailangkung adalah dilakukan dengan ritual tertentu oleh orang pintar dengan mensugesti seseorang, biasanya anak muda untuk bersedia dimasuki ruh orang yang dipanggilnya. Sehingga anak muda itu bisa berpidato seperti tokoh-tokoh yang dia minta, dan bisa mengetahui rahasia-rahasia tokoh-tokoh terdahulu. Mereka menyakini bahwa itu didatangi oleh ruh yang dipanggilnya. Padahal sebenarnya yang datang itu bukanlah ruh, tetapi qarin, sejenis setan yang biasa menyesatkan manusia.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Dalam ayat berikutnya (110), menjelaskan bahwa para pembesar kaum Fir’aun menghasut Fir’aun sebagai rajanya dengan mengisukan bahwa datangnya Musa dan Harun itu adalah untuk merebut kekuasaan dari tangan Fir’aun dan mengusir Fir’aun dan rakyatnya dari Mesir.

يُرِيدُ أَن يُخۡرِجَكُم مِّنۡ أَرۡضِكُمۡۖ فَمَاذَا تَأۡمُرُونَ 

Yang bermaksud hendak mengeluarkan kamu dari negerimu". (Fir'aun berkata): "Maka apakah yang kamu anjurkan?". (QS. Al-A’raf, 07:110).

Hasutan itu diterima dengan serius oleh Fir’aun, karena itu ia meminta saran kepada pembesar dan rakyatnya, bagaimana menghadapi gerakan Nabi Musa dan Harun itu. Dalam ayat al-Qu’an, pada surat yang lain, dijelaskan bahwa perkataan kaum Fir’aun kepada Musa sebagai berikut:

قَالُوٓاْ أَجِئۡتَنَا لِتَلۡفِتَنَا عَمَّا وَجَدۡنَا عَلَيۡهِ ءَابَآءَنَا وَتَكُونَ لَكُمَا ٱلۡكِبۡرِيَآءُ فِي ٱلۡأَرۡضِ وَمَا نَحۡنُ لَكُمَا بِمُؤۡمِنِينَ 

Mereka berkata: "Apakah kamu datang kepada kami untuk memalingkan kami dari apa yang kami dapati nenek moyang kami mengerjakannya, dan supaya kamu berdua mempunyai kekuasaan di muka bumi? Kami tidak akan mempercayai kamu berdua". (QS. Yunus, 10:78).

Ayat berikutnya (111), ditegaskan karena Fir’aun meminta saran kepada para pembesarnya, maka diarahkan supaya Nabi Musa dan Harun ditahan terlebih dahulu dan ditangguhkan sampai waktus tertentu. Sementara Fir’aun berusaha mengumpulkan para ahli sihir dari berbagai kota.

قَالُوٓاْ أَرۡجِهۡ وَأَخَاهُ وَأَرۡسِلۡ فِي ٱلۡمَدَآئِنِ حَٰشِرِينَ  يَأۡتُوكَ بِكُلِّ سَٰحِرٍ عَلِيمٖ 

Pemuka-pemuka itu menjawab: "Beri tangguhlah dia dan saudaranya serta kirimlah ke kota-kota beberapa orang yang akan mengumpulkan (ahli-ahli sihir), supaya mereka membawa kepadamu semua ahli sihir yang pandai". (QS. Al-A’raf, 07:111-112).

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Fir’aun selanjutnya menugaskan para intelnya untuk mencari semua ahli sihir yang ternama dari seluruh kota-kota yang ada di Mesir. Dengan ditugaskannya ahli sihir yang ternama itu, diharapkan dapat mengalahkan mukjizat Nabi Musa, yang dianggap oleh mereka sebagai sihir. Dari tindakan Fir’aun dan balatentaranya, dan para ahli sihir dari seluruh penjuru Mesir, menunjukkan betapa hebatnya mukjizat Nabi Musa a.s.. Penolakan  orang-orang kafir dan para pembesarnya terhadap kebenaran yang dimiliki para Nabi dan Rasul, pada hakikatnya karena mereka takut direbut kekuasaannya atau direbut lahan bisnisnya, atau direnggut kedudukannya atau diambil hartanya.

Setelah ahli sihir ternama itu berkumpul, maka mereka dijanjikan oleh Fir’aun dengan upah yang besar dan kedudukan yang tinggi.

وَجَآءَ ٱلسَّحَرَةُ فِرۡعَوۡنَ قَالُوٓاْ إِنَّ لَنَا لَأَجۡرًا إِن كُنَّا نَحۡنُ ٱلۡغَٰلِبِينَ 

Dan beberapa ahli sihir itu datang kepada Fir'aun mengatakan: "(Apakah) sesungguhnya kami akan mendapat upah, jika kamilah yang menang?" (QS. Al-A’raf, 07:113).

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Fir’aun menjanjikan kepada ahli sihirnya dengan upah yang sangat tinggi dan menempatkan mereka di lingkaran terdekat dari istana. Orang-orang yang dekat dengan para penguasa, pasti akan memperoleh kedudukan yang tinggi dan penghasilan yang banyak, serta kemudahan-kemudahan dalam segala urusannya.Fir’aun segera menjawab dan menyetujui permintaan para ahli sihir, disebutkan ayat berikutnya (114).

قَالَ نَعَمۡ وَإِنَّكُمۡ لَمِنَ ٱلۡمُقَرَّبِينَ 

Fir'aun menjawab: "Ya, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan termasuk orang-orang yang dekat (kepadaku)". (QS. Al-A’raf, 07:114).

Jawaban dan janji Fir’aun kepada para ahli sihir itu menunjukkan bahwa ia sangat memerlukan tenaga dan keahlian mereka, karena Fir’aun sangat khawatir akan kehilangan kerajaan, kedudukan, dan kewibawannya. Karena itu, imbalan jasa yang diberikan kepada ahli sihir, bukan semata-mata upah yang besar, tetapi juga menempatkan mereka menjadi orang-orang dekat dengan Fir’aun dan istananya.

Setelah memperoleh jawaban dan janji yang menggiurkan dari Fir’aun tersebut, maka para ahli sihir mulai melakukan aksinya, dijelaskan ayat berikut:

قَالُواْ يَٰمُوسَىٰٓ إِمَّآ أَن تُلۡقِيَ وَإِمَّآ أَن نَّكُونَ نَحۡنُ ٱلۡمُلۡقِينَ

Ahli-ahli sihir berkata: "Hai Musa, kamukah yang akan melemparkan lebih dahulu, ataukah kami yang akan melemparkan?" (QS. Al-A’raf, 07:115).

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Pada hari yang dijanjikan yang dikenal sebagai hari besar, maka berkumpullah seluruh ahli sihir Fir’aun dan rakyatnya di lapangan yang sangat luas. Mereka menyiapkan tampar yang besar, tongkat, batang pohon besar dan kecil, ranting-ranting kayu yang kemudian ahli sihir itu bertanya kepada Musa: Kamikah yang memulai dulu pertandingan ini, atau kamu yang memulai?

Maka Musa menjawab agar ahli sihir itu yang memulai dahulu, disebutkan ayat berikutnya:

 قَالَ أَلۡقُواْۖ فَلَمَّآ أَلۡقَوۡاْ سَحَرُوٓاْ أَعۡيُنَ ٱلنَّاسِ وَٱسۡتَرۡهَبُوهُمۡ وَجَآءُو بِسِحۡرٍ عَظِيمٖ

Musa menjawab: "Lemparkanlah (lebih dahulu)!" Maka tatkala mereka melemparkan, mereka menyulap mata orang dan menjadikan orang banyak itu takut, serta mereka mendatangkan sihir yang besar (mena'jubkan). (QS. Al-A’raf, 07:116).

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Ketika ahli sihir itu menyulap tongkat, pohon, tampar besar, dan ranting-ranting pohon, maka berubahlah dalam pandangan manusia menjadi ular yang jumlahnya sangat banyak. Peristiwa itu membuat ketakutan semua orang yang hadir dan membuat mereka takjub. Para ahli sihir itu telah datang di lapangan tersebut dengan sihir yang sangat menakjubkan. Maka Allah s.w.t. memerintahkan kepada Musa untuk mengalahkan mereka dengan melemparkan tongkatnya. Disebutkan ayat berikut:

وَأَوۡحَيۡنَآ إِلَىٰ مُوسَىٰٓ أَنۡ أَلۡقِ عَصَاكَۖ فَإِذَا هِيَ تَلۡقَفُ مَا يَأۡفِكُونَ

Dan Kami wahyukan kepada Musa: "Lemparkanlah tongkatmu!". Maka sekonyong-konyong tongkat itu menelan apa yang mereka sulapkan. (QS. Al-A’raf, 07:117).

Nabi Musa a.s. awal mulanya merasa gentar melihat kepandaian ahli sihir itu. Mengenai hal ini disebutkan dalam al-Qur’an

فَأَوۡجَسَ فِي نَفۡسِهِۦ خِيفَةٗ مُّوسَىٰ قُلۡنَا لَا تَخَفۡ إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡأَعۡلَىٰ 

Maka Musa merasa takut dalam hatinya. Kami berkata: "janganlah kamu takut, sesungguhnya kamulah yang paling unggul (menang). (QS. Thaha, 20: 67-68).

Menganai bagaimana ahli sihir itu menciptakan suatu yang menakjubkan, disebutkan pada ayat lain:

قَالَ بَلۡ أَلۡقُواْۖ فَإِذَا حِبَالُهُمۡ وَعِصِيُّهُمۡ يُخَيَّلُ إِلَيۡهِ مِن سِحۡرِهِمۡ أَنَّهَا تَسۡعَىٰ 

Berkata Musa: "Silahkan kamu sekalian melemparkan". Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka, terbayang kepada Musa seakan-akan ia merayap cepat, lantaran sihir mereka. (QS. Thaha, 20: 66).

Ketika Musa melemparkan tongkatnya, berubahlah tongkat itu menjadi ular yang sangat besar yang memakan habis semua ular yang diciptakan oleh ahli sihir itu. Maka nyatalah bahwa kebenaran dan kemenangan ada di tangan Musa a.s. dengan pertolongan Allah s.w.t.. Wallahu A’lam Bisshawab

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Demikianlah khotbah singkat kali ini, semoga hal ini dapat menjadi bahan renungan yang mendalam, bagi kita semua amin.

بارَكَ اللهُ لِي ولَكُمْ فِي الْقُرْءانِ الْعَظِيمِ  ونَفَعَنِي وإِيَّاكُمْ مِنَ الْآياتِ  وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ أَقُلُ قَوْلِي  هذا وَأَسْتَغفِرُ اللهَ لِيْ ولَكُمْ ولِجَمِيعِ الْمٌسلِمِين فاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّه تعالى جَوادٌ كَرِيمٌ مَلِكُ بَرٌّ رَءُوْفٌ رَحِيمٌ.

KHUTBAH 2

سَيِّدُ الْإِنْسِ والْبَشَرِ.اللَّهمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ على سيِّدِنا على عَبْدِكَ  ورَسُولِك محمَّدٍ وآلِه وصَحْبِه مَااتَّصَلَتْ عَينٌ بِنَظَرٍ وأُذُنٌ بِخَبَرٍ. ( أمّا بعدُ ) فيَآايُّهاالنّاسُ اتَّقُوا اللهَ تعالى وَذَرُوا الْفَواحِشَ ما ظهَرَ مِنْها وما بَطَنَ وحافَظُوا على الطَّاعَةِ وَحُضُورِ الْجُمُعَةِ والجَماعَةِ . وَاعْلَمُوا  أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ  فِيه بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلائكةِ قُدْسِهِ. فَقالَ تعالى ولَمْ يَزَلْ قائِلاً عَلِيمًا: إِنَّ اللهَ وَملائكتَهُ يُصَلُّونَ على النَّبِيِّ يَآ أَيّها الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وسَلِّمُوا تَسْلِيْمًا اللَّهمَّ صَلِّ وسَلِّمْ على سيِّدِنا محمَّدٍ وعلى آلِ سيِدِنَا محمَّدٍ  كَما صَلَّيْتَ على سيِّدِنا إِبراهِيمَ وعلى آلِ سيِّدِنَا إِبراهِيمَ في الْعالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ. اللَّهمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاء الرّاشِدِينَ الَّذينَ قَضَوْا بِالْحَقِّ وَكانُوا بِهِ يَعْدِلُونَ أَبي بَكْرٍ وعُمرَ وعُثْمانَ وعلِيٍّ وَعَنِ السَتَّةِ الْمُتَمِّمِينَ لِلْعَشْرَةِ الْكِرامِ وعَنْ سائِرِ أَصْحابِ نَبِيِّكَ أَجْمَعينَ وَعَنِ التَّابِعِينَ وتَابِعِي التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسانٍ إِلَى يَومِ الدِّينِ. اللَّهمَّ لا تَجْعَلْ لِأَحَدٍ مِنْهُمْ فِي عُنُقِنَا ظَلَامَة ونَجِّنَا بِحُبِّهِمْ مِنْ أَهْوالِ يَومِ الْقِيامَةِ. اللَّهمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ والمُسلمينَ وأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ والمُشْركِينَ. ودَمِّرْ أَعْداءَ الدِّينِ. اللَّهمَّ آمِنَّا فِي دُوْرِنا وأَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُورِنا. وَاجْعَلِ اللَّهمَّ وِلَايَتَنا فِيمَنْ خافَكَ وَاتَّقَاكَ  اللَّهمَّ آمِنَّا فِي دُوْرِنا وأَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُورِنا. وَاجْعَلِ اللَّهمَّ وِلَايَتَنا فِيمَنْ خافَكَ وَاتَّقَاكَ

DOA KHUTBAH

اللَّهمَّ اغْفِرْ لِلمُسلِمينَ والمُسلماتِ والمُؤْمنينَ والمُؤْمِناتِ الْأَحْياءِ مِنْهُمْ والْأَمْواتِ بِرَحْمَتِكَ يَا وَاهِبَ الْعَطِيَّاتِ. اللَّهمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ والوَباءَ والزِّنا والزَّلَازِلَ وَالمِحَنَ وَسُوءَ الفِتَنِ ما ظَهَرَ مِنْها وما بَطَنَ عَنْ بَلَدِنا هَذا خاصَّةً وعَنْ سائِرِ بِلَادِ الْمُسلمينَ عامَّةً يا رَبَّ الْعَالَمِينَ.رَبَّنا آتِنا في الدّنيا حَسَنَةً وَفي الآخرة حَسَنَةً  وقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبادَ اللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ والْإِحْسان وإِيتاءَ ذِي الْقُرْبَى  ويَنْهَى عَنِ الْفَحْشاءِ والْمُنْكَرِوَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ العَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوهُ على نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْئَلُوهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ أَكْبَرُ.

____________________________
Oleh: Dr. KH. Zakky Mubarak, MA