Gus Miftah: Jangan Menghina Para Pendosa

 
Gus Miftah: Jangan Menghina Para Pendosa
Sumber Gambar: Gus Miftah/Tokoh.co.id

Laduni.ID, Jakarta – Tidak ada manusia yang sempurna, semuanya memiliki kelebihan serta kekurangannya masing-masing. Sebaik-baiknya orang, setidaknya pernah berbuat jelek. Seburuk-buruknya orang, setidaknyaa juga pernah berbuat baik. Itulah yang disampaikan Gus Miftah, Da’i muda Nahdlatul Ulama (NU) yang juga pengasuh Pondok Pesantren Ora Aji Sleman, Yogyakarta.

Sebagaimana kejadian yang dialami oleh Gus Miftah sendiri. Kala itu saat beliau bersama para wanita malam, tiba-tiba ada rombongan pengajian melintas di depan mereka. Salah satu dari wanita malam itu lantas berucap, “Ya Allah, enak ya mereka dekat dengan Allah. Mereka luar biasa, dekat dengan Allah. Sementara kami banyak dosa,” katanya dalam kondisi mabuk.

“Yang menjadi persoalan itu apa? Biasanya, orang yang banyak dosa itu bisa menghormati orang yang baik. Yang menjadi persoalan adalah orang yang merasa baik, biasanya tidak pernah menghormati orang yang buruk,” jelas Gus Miftah sebagaimana dikutip dalam unggahan Youtube Ngaji Hijrah.

Oleh karena itu, Gus Miftah seringkali menyampaikan untuk tidak menghina seorang pendosa, seolah-olah tidak memiliki keburukan sama sekali. Bahkan sering dijumpai seorang yang merasa diri paling baik, meremehkan orang burung yang datang kepadanya.

“Kalau pengajian rutin saya di Pondok, ada 1 bus rombongan mbak-mbak PSK datang dari Sarkem. Mereka datang ikut pengajian. Jika sampai ketahuan mereka itu PSK, orang akan memandang mereka dengan pandangan yang jijik, ‘Dasar pelacur’,” ujar Gus Miftah.

Gus Miftah lalu mengutip salah satu ayat dalam Al-Quran yang sering orang lupakan:

اَلَّذِيْنَ يَجْتَنِبُوْنَ كَبٰۤىِٕرَ الْاِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ اِلَّا اللَّمَمَۙ اِنَّ رَبَّكَ وَاسِعُ الْمَغْفِرَةِۗ هُوَ اَعْلَمُ بِكُمْ اِذْ اَنْشَاَكُمْ مِّنَ الْاَرْضِ وَاِذْ اَنْتُمْ اَجِنَّةٌ فِيْ بُطُوْنِ اُمَّهٰتِكُمْۗ فَلَا تُزَكُّوْٓا اَنْفُسَكُمْۗ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقٰى ࣖ

Artinya: “(Yaitu) mereka yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji, kecuali kesalahan-kesalahan kecil. Sungguh, Tuhanmu Mahaluas ampunan-Nya. Dia mengetahui tentang kamu, sejak Dia menjadikan kamu dari tanah lalu ketika kamu masih janin dalam perut ibumu. Maka janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dia mengetahui tentang orang yang bertakwa.” (QS. An-Najm: 32)

Gus Miftah sendiri menggunakan kacamata kasih sayang dalam memandang orang yang berdosa, sebagaimana dikatakan oleh Imam Ghazali, “Syarat menjadi ulama salah satunya adalah, alladzina yandzuruna bi 'aini ar rahmah, yang memandang umat dengan kacamata kasih sayang.”

“Maka saya tidak pernah membenci para peminum. Di mana-mana ada peminum saya datangi. Mereka minum saya datangi. Saya banyak belajar kesetia kawanan itu dari pemabuk,” kata Gus Miftah.

Gus Miftah juga mengungkapkan banyaknya orang yang mengatakan metodek dakwahnya sangat memalukan, sebab keluar masuk tempat maksiat. “Jawaban saya apa? Lebih memalukan mana, ketika kita melihat orang bermaksiat, hanya diam tanpa memberikan solusi apapun kepada mereka?” tegas Gus Miftah.

“Selama ini kita sering menjadi jaksa bagi kesalahan orang lain, dan menjadi hakim bagi kesalahan-kesalahan kita. Kalau kita berbuat salah, kita bela semati-matinya. Tapi kalau orang yang salah, kita salahkan semati-matinya. Ini kan gila. Maka saya katakan, Pada akhirnya surga akan ditempati ahli maksiat yang mau bertobat. Bukan orang yang sok suci, namun pada akhirnya tersesat,” tutup Gus Miftah.


Editor: Daniel Simatupang