Menjawab Pemikiran, “NU Sekarang Tidak seperti NU Zaman Mbah Hasyim”

 
Menjawab Pemikiran, “NU Sekarang Tidak seperti NU Zaman Mbah Hasyim”
Sumber Gambar: Ilustrasi/Laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta – Semakin besar NU maka semakin banyak juga upaya-upaya untuk menghancurkannya, semakin keras upaya propaganda yang diluncurkan kepada NU tidak membuat NU melemah sedikitpun.

Namun tetap ada saja warga NU yang termakan oleh propaganda tersebut, misalnya mengatakan, “NU sekarang tidak seperti NU-nya Mbah Hasyim dulu.” Hal seperti itu bisa dilacak dari mana sumber pemikiran tersebut berasal, dan sudah dipastikan dari pihak atau kelompok yang secara terang-terangan memusuhi dan ingin menghancurkan NU.

Pada faktanya, NU saat ini tidaklah berbeda dengan NU pada zaman Mbah Hasyim dulu, metode dan strategi dakwah NU saat ini juga mengadopsi sama seperti yang dilakukan oleh Mbah Hasyim dulu. Terbukti, strategi dakwah yang dipakai NU saat ini mampu menjadi ormas Islam terbesar di Indonesia.

Analogi sederhananya tertuang dalam dialog di bawah ini:

A: “Aku malu jadi warga NU sekarang.”

B: “Kenapa memangnya?”

A: “NU sekarang tidak seperti NU zaman Mbah Hasyim dulu, sekarang NU sudah disusupi Syiah, liberal, komunis bahkan sangat dekat dengan non-muslim. Kalau Zamannya Mbah Hasyim kan masih murni, lurus, tidak disusupi macam-macam.”

B: “Emang kamu pernah hidup dan merasakan NU di masa Mbah Hasyim?”

A: “Nggak juga sih.”

B: “Makanya jangan sok tahu dan termakan fitnah dan isu tidak benar. Kamu tahu kan Jepang itu penjajah yang menyembah matahari?”

A: “Kalau itu tahu lah, kan banyak di tulis di buku sejarah.”

B: “Kamu tahu nggak, NU zaman Mbah Hasyim itu malah menginstruksikan santri-santri untuk latihan militer dengan Jepang. Bahkan Mbah Hasyim jadi Ketua Shumubu atau menteri agamanya Jepang. Padahal kan Jepang kafir, penjajah lagi. Dan ternyata NU-nya Mbah Hasyim bisa kok bersikap kooperatif dengan Jepang.”

A: “Masa sih?”

B: “Iya, dan kamu tahu nggak kalau Mbah Wahab Chasbullah itu pernah dicap Kiai Komunis karena bersikap kooperatif dengan Bung Karno dalam Nasakom nya, berbeda dengan Masyumi yang memilih keluar.”

A: “Masa sih?”

B: “Iya, itulah siyasah, strategi dakwah, lihatlah dampaknya, dengan kooperatif kepada Jepang akhirnya bangsa Indonesia dapat bertempur dengan baik dan akhirnya merdeka. Dengan kooperatif kepada Bung Karno yang dekat komunis akhirnya umat Islam terselamatkan dari bahaya komunis, bahkan atas saran NU, akhirnya Bung Karno tidak jadi Membubarkan HMI.”

A: “Gitu ya?”

B: “Jadi NU Mbah Hasyim dan NU sekarang itu tetap sama, membela Islam dan Indonesia, bukan salah satunya, Islam saja atau Indonesia saja. Karena kalau membela salah satunya akan bisa memunculkan perang antar anak bangsa yang akhirnya ibadah jadi tidak nyaman dan selalui dihantui ketakutan.”

A: “Oh gitu ya? Kalau begitu aku tidak malu lagi jadi NU, aku akan Bangga jadi NU.”

B: “Makanya jangan percaya isu, fitnah atau hoax yang menjelekkan NU, belum apa-apa sudah nuduh macem-macem pada NU sekarang, kita nggak tahu yang sebenarnya, kita hanya tahu dari berita, medsos yang belum tentu kebenarnya, sebaiknya kita Husnudzon saja kepada penggede NU. Karena strategi NU ini mirip dengan strategi Nabi dalam berdakwah.”

Disadur dari dutaislam


Editor: Daniel Simatupang