Mbah Liem: "Nguwongke Uwong, Gawe Legane Uwong"

 
Mbah Liem:
Sumber Gambar: Hikam Reader

Laduni.ID, Jakarta – Salah satu ajaran moral KH. Muslim Rifa’i Imampura adalah “nguwongke uwong, gawe legane uwong”, arti ungkapan tersebut adalah memanusiakan manusia dan membuat orang lain merasa lega/senang.

Manusia adalah makhluk terhormat dan mulia, karena Allah sendiri, Sang Pencipta, menegaskan itu dalam kalam-Nya. Kalau Allah saja sangat menghormati dan memuliakan manusia, apalagi kita sebagai sesama hamba-Nya.

Memanusiakan manusia berarti menghormati orang lain karena ia adalah manusia. Menghormati orang lain bukan karena ia memiliki kekayaan atau jabatan tinggi; serta tidak menghormatinya karena ia melarat atau tidak memegang jabatan apapun. Kita menghormatinya semata-mata karena ia adalah manusia ciptaan Allah.

Memanusiakan manusia berarti kita memuliakan orang lain karena ia adalah manusia. Kita memuliakan orang lain bukan karena ia adalah atasan atau junjungan kita; serta tidak memuliakannya karena ia bawahan kita. Kita memuliakannya semata-mata karena ia adalah manusia ciptaan Allah.

Memanusiakan manusia berarti kita menghargai orang lain karena ia adalah manusia. Kita menghargai orang lain bukan karena ia sesama agama dengan kita; serta tidak menghargainya karena ia berbeda agama dengan kita. Kita menghargainya semata-mata karena ia adalah manusia ciptaan Allah.

Memanusiakan manusia berarti kita menempatkan pemimpin, rakyat, atasan, bawahan, guru, murid, orang kaya, orang miskin, orang shalih, penjahat, sesama dan yang berbeda agama dalam posisi dasar yang sama sebagai manusia ciptaan Allah yang wajib dihormati. Karena semua nama tersebut di atas hanyalah sebuah atribut yang melekat pada diri seorang hamba yang suatu saat bisa berubah, sedangkan pemilik atribut, sebagai manusia ciptaan Sang Khalik, tidak berubah sama sekali.

Karena itulah, orang seperti Mbah Lim tidak membeda-bedakan orang lain. Semua orang yang datang padanya, baik itu pejabat negara maupun rakyat jelata, diterima dengan hangat. Baik yang datang membawa amplop tebal maupun yang memakai sandal dan berbaju yang sudah ditambal, semua disambut dengan baik. Baik orang ibu kota maupun buruh tani di desa, semua diperlakukan setara.

Gawe legane uwong berarti membuat orang lain merasa lega/plong/senang/nyaman. Ungkapan ini juga masih terkait dengan nguwongke wong. Gawe legane uwong bisa berupa siap membantu jika diperlukan, mendengarkan keluh kesah bagi yang memerlukan, memberi pemecahan untuk suatu kerumitan, memanfaatkan pemberian sesuai dengan semestinya, dan meng-iya-kan orang lain selama tidak bertentangan dengan hukum, dsb.

Salah satu contoh gawe legane wong adalah jika kita diberi hadiah berupa baju oleh orang lain, maka kita terima dan kita pakai baju tersebut, terlebih sang pemberi mengetahui kalau kita memakainya. Atau ketika kita bertamu dan diberi suguhan oleh tuan rumah, maka kita memakannya dengan menunjukkan ekspresi yang begitu nikmat. Dan seterusnya, dan seterusnya, menyesuaikan tradisi dan adat yang berlaku di masing-masing daerah.

Nguwongke uwong dan gawe legane uwong adalah bentuk penghormatan kita kepada manusia yang berarti juga penghormatan kepada sang Khalik, allah swt. Nguwongke uwong dan gawe legane uwong adalah perilaku orang-orang shalih yang dekat dengan Tuhannya. WaLlahu a’lam bish-shawab.

Dikutip dari Mbah Liem


Editor: Daniel Simatupang