Arwah itu Bisa Mengenali Kita

 
Arwah itu Bisa Mengenali Kita
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Setiap saya memberi pelatihan perawatan jenazah di Kota Surabaya, selalu saya ingatkan kepada para modin agar mengajak keluarga almarhum saat memandikan, mengafani hingga menguburkan, kecuali jika keluarga tersebut tidak ada yang bisa sama sekali. Pengecualian juga bila jenazah mengidap penyakit menular, maka hendaknya ditangani oleh petugas dan ada keluarga yang ikut serta agar tidak salah paham.

Saat umi saya wafat pun, Alhamdulillah, anak-anak dan menantunya yang memulasari jenazahnya. Termasuk saat memasukkan ke liang lahat, di bawah ada saya, kakak dan adik saya.

Ada sebuah Hadis yang berbunyi berikut ini:

ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻲْ ﺳَﻌِﻴْﺪٍ اَﻟْﺨُﺪْﺭِﻱِّ، ﺃَﻥَّ اﻟﻨَّﺒِﻲَّ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠﻪ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻗَﺎﻝَ ﺇِﻥَّ اﻟْﻤَﻴِّﺖَ ﻳَﻌْﺮِﻑُ ﻣَﻦْ ﻳَﺤْﻤِﻠُﻪُ ﻭَﻣَﻦْ ﻳُﻐْﺴِﻠُﻪُ، ﻭَﻣَﻦْ ﻳُﺪْﻟِﻴْﻪِ ﻓِﻲ ﻗَﺒْﺮِﻩِ

"Dari Abu Sa'id Al-Khudri, bahwa Rasulullah SAW bersabda: 'Sungguh mayit itu tahu orang yang memikulnya, yang memandikan dan memasukkannya ke dalam kuburnya." (HR. Ahmad)

Memang Hadis tersebut dinilai dhaif oleh para hafidh di bidang Hadis. Tapi menurut Syaikh As-Sindi, ditemukan ada Hadis shahih lain yang menjadi syahid (penguat eksternal) terkait pembahasa Hadis di atas, yaitu:

 ﻛَﺎﻥَ اﻟﻨَّﺒِﻲُّ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻳَﻘُﻮْﻝُ ﺇِﺫَا ﻭُﺿِﻌَﺖِ اﻟْﺠَﻨَﺎﺯَﺓُ، ﻓَﺎﺣْﺘَﻤَﻠَﻬَﺎ اﻟﺮِّﺟَﺎﻝُ ﻋَﻠَﻰ ﺃَﻋْﻨَﺎﻗِﻬِﻢْ، ﻓَﺈِﻥْ ﻛَﺎﻧَﺖْ ﺻَﺎﻟِﺤَﺔً ﻗَﺎﻟَﺖْ: ﻗَﺪِّﻣُﻮْﻧِﻲْ، ﻭَﺇِﻥْ ﻛَﺎﻧَﺖْ ﻏَﻴْﺮَ ﺻَﺎﻟِﺤَﺔٍ ﻗَﺎﻟَﺖْ ﻷَﻫْﻠِﻬَﺎ: ﻳَﺎ ﻭَﻳْﻠَﻬَﺎ ﺃَﻳْﻦَ ﻳَﺬْﻫَﺒُﻮْﻥَ ﺑِﻬَﺎ

"Nabi SAW bersabda: 'Bila jenazah sudah diletakkan lalu digotong oleh para lelaki, jika dia jenazah yang baik maka dia berkata: 'Segeralah antarkan aku.' Bila jenazah tidak baik dia berkata kepada keluarganya: 'Celaka, mereka bawa ke mana jenazahku.'" (HR. Bukhari)

Selain dalil di atas, terdapat juga ada atsar atau riwayat dari tabi'in yang mengungkapkan perihal arwah, sebagaimana dikutip dari Kitab Mausu'ah Ibnu Abi Dunya karya Abdullah bin Muhammad bi Ubaid bin Sufyan (Ibnu Abi Dunya) berikut ini:

ﻗَﺎﻝَ ﻣُﺠَﺎﻫِﺪٌ، ﺇِﺫَا ﻣَﺎﺕَ اﻟْﻤَﻴِّﺖُ ﻓَﻤَﻠَﻚٌ ﻗَﺎﺑِﺾُ ﻧَﻔْﺴِﻪِ ﻓَﻤَﺎ ﻣِﻦْ ﺷَﻲْءٍ ﺇِلَّا ﻭَﻫُﻮَ ﻳَﺮَاﻩُ ﻋِﻨْﺪَ ﻏُﺴْﻠِﻪِ ﻭَﻋِﻨْﺪَ ﺣَﻤْﻠِﻪِ ﺣَﺘَّﻰ ﻳَﺼِﻴْﺮَ ﺇِﻟَﻰ ﻗَﺒْﺮِﻩِ

"Mujahid berkata: 'Jika ada orang wafat maka malaikat memegang ruhnya. Ruh tersebut dapat melihat apapun saat dimandikan, dipikul hingga sampai ke kuburnya.'"

Lalu setelah dimakamkan itu para arwah di alam kubur juga masih mengenali para peziarah. Demikian ini sebagaimana diterangkan oleh Al-Hafidh Jalaluddin As-Suyuthi di dalam Kitab Syarhus Shudur bi Syarhi Halil Mauta wal Qubur, mengutip pendapat dari murid Syekh Ibnu Taimiyah, yakni Syekh Ibnu Qayyim:

ﻭَﻗَﺎﻝَ ﺇِﺑْﻦُ اﻟْﻘَﻴِّﻢِ، اﻷَﺣَﺎﺩِﻳْﺚُ ﻭَاﻵﺛَﺎﺭُ ﺗَﺪُﻝُّ ﻋَﻠَﻰ ﺃَﻥَّ اﻟﺰَّاﺋِﺮَ ﻣَﺘَﻰ ﺟَﺎءَ ﻋَﻠِﻢَ ﺑِﻪِ اﻟْﻤَﺰُﻭْﺭُ ﻭَﺳَﻤِﻊَ ﻛَﻼﻣَﻪُ ﻭَﺃﻧَﺲَ ﺑِﻪِ ﻭِﺭْﺩُ سَلَاﻣِﻪِ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﻫَﺬَا ﻋَﺎﻡٌّ ﻓِﻲ ﺣَﻖِّ اﻟﺸُّﻬَﺪَاءِ ﻭَﻏَﻴْﺮِﻫِﻢْ

"Ibnu Qayyim berkata, bahwa dalil-dalil Hadis atau atsar riwayat sahabat dan tabi'in menunjukkan, bahwa saat peziarah datang ke kubur, maka arwah dapat mengetahui, mendengar ucapannya, senang atas kedatangannya dan menjawab salamnya. Ini berlaku untuk orang yang mati syahid dan lainnya."

Jadi, keterangan bahwa para arwah itu bisa mengenali kita, baik ketika sebelum jenazah dikubur atau sesudahnya. Karena itu, ketika kita melakukan ziarah kubur, dianjurkanlah untuk mengucapkan salam terlebih dahulu, sebagaimana diajarkan oleh Nabi SAW dalam keterangan Hadis berikut ini:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعَلِّمُهُمْ إِذَا خَرَجُوا إِلَى الْمَقَابِرِ فَكَانَ قَائِلُهُمْ يَقُولُ فِي رِوَايَةِ أَبِي بَكْرٍ السَّلَامُ عَلَى أَهْلِ الدِّيَارِ وَفِي رِوَايَةِ زُهَيْرٍ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الدِّيَارِ مِنْ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُسْلِمِينَ وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللَّهُ لَلَاحِقُونَ أَسْأَلُ اللَّهَ لَنَا وَلَكُمْ الْعَافِيَةَ

"Rasulullah SAW mengajarkan kepada mereka apa yang mesti mereka kerjakan apabila hendak keluar melaksanakan ziarah kubur. Maka salah seorang dari mereka membaca lafadh sebagaimana yang tertera dalam riwayat Abu Bakar: "Assalamu ala Ahliddiyar." Sementara dalam riwayat Zuhair, mereka membaca lafadh: "Assalamualaikum Ahladdiyar...." (Semoga keselamatan tercurah bagi penghuni (kubur) dari kalangan orang-orang Mukmin dan Muslim dan kami insya Allah akan menyusul kalian semua. Saya memohon kepada Allah bagi kami dan bagi kalian kesejahteraan."

Semoga bermanfaat. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 27 Juli 2021. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Penulis: Ustadz Ma'ruf Khozin

Editor: Hakim