Peran Lingkungan Terhadap Kualitas Beragama

 
Peran Lingkungan Terhadap Kualitas Beragama
Sumber Gambar: Dok. Laduni.ID (ist)

Laduni.ID, Jakarta – Dalam ilmu psikologi disebutkan bahwa lingkungan memiliki peran besar dalam proses perkembangan dan pembentukan personality individu. Lingkungan dalam hal ini mencakup lingkungan keluarga, lingkungan Pendidikan (sekolah/madrasah), dan lingkungan pertemanan.

Tidak hanya berpengaruh pada personality, lingkungan juga mempunyai peran dalam kualitas beragama seseorang. Rasulullah SAW pernah bersabda,

الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ

"Seseorang berada di atas agama teman dekatnya. Maka hendaklah kalian melihat siapa yang akan dia jadikan teman." (Hasan (Ash-Shahihah, 927) HR. Abu Dawud (4833), at-Tirmidzi (2378), dan Ahmad (8398))

Dari hadist di atas kita bisa mengetahui bahwa Rasul sangat menganjurkan kita untuk berteman dengan orang yang memiliki kualitas agama yang baik. Abul Khatthab Qatadah bin Di'amah as-Sadusi rahimahullah menyatakan,

إنا والله ما رأينا الرجل يصاحب من الناس إلا مثله وشكله فصاحبوا الصالحين من عباد الله

"Demi Allah, sesungguhnya kami tidaklah melihat seseorang bergaul melainkan dengan yang sejenis dan setipe dengannya. Maka berkawanlah kalian bersama hamba-hamba Allah yang shalih." (Al-Ibanah, II/479)

Di kota metropolitan seperti Jakarta jika individu tidak mampu memilah lingkar pertemanan maka dirinya memiliki potensi besar untuk terjerumus dalam kerusakan. Juga sebaliknya, jika individu mampu memilih teman dengan baik maka sudah dipastikan dirinya akan bertumbuh menjadi individu yang baik, termasuk dalam hal ini perihal agama.

Imam Sufyan ats-Tsauri rahimahullah mengingatkan,

ليس شيء أبلغ في فساد رجل وصلاحه من صاحب

"Tidak ada sesuatu yang sebanding – dalam merusak seseorang atau membuatnya jadi baik – melebihi teman." (Al-Ibanah, II/478)

Kita juga perlu sadar, bahwa tidak setiap orang dapat dijadikan seorang teman. Sebab, setiap orang memiliki sisi yang terkadang tidak diketahui oleh banyak orang. Hal tersebut juga sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Al-Faqih Abu Hamid al-Ghazzali rahimahullah. Beliau berkata,

اعلم أنه لا يصلح للصحبة كل إنسان، قال ﷺ: المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل

"Ketahuilah! Tidak setiap orang layak untuk dijadikan teman."

Oleh karena itu, kita sebagai seorang muslim disarankan untuk selalu dekat dan berteman dengan para pecinta ilmu dan para ahli ibadah. Sebab, tanpa disadari pemikiran seseorang pun terbentuk dari apa yang ia dengar, dari apa yang ia lihat, dan dari apa yang ia rasakan. Maka, alam bawah sadar juga akan memproses informasi yang diterima dan dikeluarkan sewaktu-waktu, bahkan tanpa disadari oleh individu itu sendiri.

Imam Ibnul Jauzi rahimahullah berkata,

فإن الطبع يسرق من الطبع من حيث لا يدري، فمجالسة الحريص تحرك الحرص، كما أن مجالسة الزاهد تحرك الزهد

"Karakter dapat mencuri karakter orang lain dari arah yang tidak dia sadari. Duduk bersama orang yang berambisi dunia akan membangkitkan ambisi dunia. Sebagaimana halnya berkumpul dengan orang yang zuhud bisa menimbulkan sifat zuhud." (Minhaj al-Qashidin, hlm. 424)

Akrab dengan orang yang gemar melakukan dosa juga akan membuat individu tidak lagi melihat dosa sebagai sesuatu yang berbahaya. Hal tersebut terjadi karena seseorang melihat kegiatan tersebut biasa dilakukan oleh teman-temannya, jadi timbul pemikiran bahwa “hal tersebut biasa dilakukan saat ini”. Al-Faqih Abu Hamid al-Ghazzali berkata,

وأما الفاسق المصر على فسقه فلا فائدة في صحبته، بل مشاهدته تهون أمر المعصية على النفس وتبطل نفرة القلب عنها

"Adapun orang fasik yang terus menerus dalam dosa, maka tidak bermanfaat berteman dengannya. Bahkan melihatnya saja sudah dapat menjadikan maksiat dianggap remeh oleh jiwa (kita), dan bisa membuat hati tidak lagi membenci dosa." (Dinukil dalam Mau'izhah al-Mu'minin, hlm. 200)

Maka janganlah ragu untuk memutuskan keakraban dengan orang yang gemar berbuat kerusakan, dan mulailah mendekati orang yang bisa mengingatkan dirimu kepada Allah SWT. Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu berkata,

لا عليك أن تصحب إلا من أعانك على ذكر الله

"Tidak ada celaan atasmu apabila kamu hanya berteman akrab dengan orang yang dapat membantumu untuk mengingat Allah." (Az-Zuhd oleh Abu Dawud, hlm. 143)

Imam Malik bin Dinar rahimahullah menasihatkan,

كُلُّ جَلِيسٍ لَا تَسْتَفِيدُ مِنْهُ خَيْرًا فَاجْتَنِبْهُ

"Seluruh teman duduk yang tidak bisa kamu ambil sisi baiknya, maka jauhilah." (Hilyah al-Auliya', II/372)

Mubarak Abu Hammad pernah mendengar Sufyan ats-Tsauri memesankan kepada Ali bin al-Husain as-Salimi,

إِيَّاكَ وَمَا يُفْسِدُ عَلَيْكَ عَمَلَكَ وَقَلْبَكَ، فَإِنَّمَا يُفْسِدُ عَلَيْكَ قَلْبَكَ مُجَالَسَةُ أَهْلِ الدُّنْيَا، وَأَهْلِ الْحِرْصِ، وَإِخْوَانِ الشَّيَاطِينِ الَّذِينَ ينْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي غَيْرِ طَاعَةِ اللهِ، وَإِيَّاكَ وَمَا يُفْسِدُ عَلَيْكَ دِينَكَ، فَإِنَّمَا يُفْسِدُ عَلَيْكَ دِينَكَ مُجَالَسَةُ ذَوِي الْأَلْسُنِ الْمُكْثِرِينَ لِلْكَلَامِ..

"Hati-hatilah kamu dari perkara yang dapat merusak amalan dan hatimu, yang dapat merusak hatimu ialah duduk bersama ahli dunia, orang-orang yang penuh ambisi, dan saudara-saudaranya setan yang mengeluarkan harta di selain ketaatan kepada Allah. Dan hati-hatilah kamu dari perkara yang dapat merusak agamamu! Yaitu duduk bersama dengan orang-orang yang banyak bicara." (Hilyah al-Auliya', VII/48)

Oleh karena itu lebih baik memiliki teman sedikit namun mampu membawa kita semakin dekat dengan Allah SWT, daripada memiliki teman yang banyak naming menjauhkan kita dari Allah dan mendekatkan diri kita pada api neraka. Abu Dzar radhiyallahu 'anhu berkata,

الوحدة خير من جليس السوء، والجليس الصالح خير من الوحدة

"Sendiri tanpa kawan lebih baik daripada berteman dengan orang yang buruk. Dan berteman dengan orang shalih lebih baik daripada menyendiri." (Minhaj al-Qashidin, hlm. 424)


Editor: Daniel Simatupang