Sumur Zamzam Pernah Hilang

 
Sumur Zamzam Pernah Hilang
Sumber Gambar: Foto (ist)

Laduni.ID Jakarta - Sumur Zamzam merupakan sumber air yang tidak pernah habis sepanjang tahun. Sumur ini pertama kali ada ketika masa hidup Nabi Ibrahim alaihis salam. Namun demikian, ternyata ditemukan bukti bahwa sumur Zamzam ini juga pernah hilang.

Namun, tahukah bahwa kalau mata air zamzam pernah hilang, ada yang mengatakan sengaja dihilangkan atau ditutupi? 

Dikutip dari buku 'Sejarah Kabah' (Tarikh al Ka'bah, 1991), karya Prof DR Ali Husni Al Kharbuthli (Guru Besar Sejarah Islam di 'Ain Shams University, Kairo, Mesir) sejumlah sejarahwan berbeda pendapat mengenai hilangnya sumur Zamzam.Ada banyak pandangan mengapa mata air zamzam bisa hilang.

Baca Juga: Inilah Fotografer Misterius yang Abadikan Makkah Pertama Kali

Pertama, faktor geografis. Pandangan ini menyebutkan kalau mata air zamzam hilang karena tertutup saat hujan. Sebagian lagi, katanya ada banjir bandang yang melanda Makkah jauh sebelum kelahiran Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam. Tetapi, sebagian besar sejarawan justru meyakini hilangnya sumur Zamzam karena faktor kesengajaan.

Kedua, faktor teologis. Kabilah Jurhum berbuat maksiat dan melakukan kedzaliman sehingga Allah subhanahu wa ta'ala mengadzab mereka dengan menghilangkan air zamzam, sumber kehidupan masyarakat Arab. 

Pandangan lain mengatakan, kalau mata air zamzam hilang, karena musuh kabilah Jurhum sengaja menutupi mata air zamzam dengan barang bawaan mereka yang sangat banyak. Disebutkan bahwa mata air zamzam hilang tidak hanya setahun dua tahun, tapi sampai tiga tahun.  

Ini didasarkan pada bukti adanya kisah pemimpin Makkah yang hidup jauh sebelum masa Abdul Muthalib, yaitu Madhadh bin Amru Al Jurhumi. Kala itu, dia terlibat peperangan dengan musuhnya dan kalah. Karena kekalahan itu, dia menyadari akan diusir dari Makkah. Untuk mengantisipasi hal itu, maka Madhadh memutuskan untuk menutup sumur Zamzam dan mulai saat itu, penduduk Makkah selalu menggali sumur karena persediaan air yang ada sangat sedikit.

Hilangnya mata air zamzam menyebabkan krisis di tengah masyarakat Makkah, utamanya para jamaah haji. Tidak sedikit pula dari mereka yang meninggalkan Makkah dan mengungsi ke Yaman.  Masyarakat Makkah mulai menggali dan mencari mata air baru, untuk memenuhi kebutuhan mereka dan para jamaah haji yang datang. Mereka memang akhirnya menemukan sumber mata air baru seperti mata air Maimun Hadhari, mata air Murrah, mata air al-Ghamr, dan lainnya. Namun, mata air tersebut berada di luar Makkah. Mereka harus membawa air tersebut ke Makkah untuk memenuhi kebutuhan jamaah haji. Ini menjadi kesulitan yang amat. Ditambah datangnya musim kemarau panjang yang membuat mata air tersebut kering.

Menurut buku Mekkah: Kota Suci, Kekuasaan, dan Teladan Ibrahim, adalah  Abdul Muthalib yang akhirnya menemukan kembali sumber mata air zamzam. Di saat masyarakat Makkah mengalami krisis air yang panjang, Abdul Muthalib mengajak para pimpinan kabilah rapat untuk mengatasi persoalan itu. Forum rapat tsb menyatakan kalau seandainya sumber mata air zamzam ditemukan, maka persoalan krisis air akan berakhir.

Mimpi Abdul Muthalib

Singkat cerita, Abdul Muthalib menerima pesan dari langit, untuk menggali sumber mata air zamzam saat tidur. Ia bermimpi seolah mendapatkan perintah untuk menggali sumber mata air zamzam yang hilang bertahun-tahun itu.

Abdul Muthalib bermimpi didatangi seseorang. Ia berkata: “Galilah zamzam! Letaknya di bawah kotoran binatang dan darah. Ada di paruh gagak tuli, di sarang semut.

Baca Juga: Invasi Jangkrik hingga Banjir, Ini 5 Kejadian Tak Terduga di Makkah

Mimpi itu ditafsiri Abdul Muthalib sebagai kode keberadaan zamzam. Kotoran dan darah dimaknainya sebagai simbol air yang mengenyangkan dan menyembuhkan penyakit. Paruh gagak yang tuli merujuk istilah untuk penduduk Habasyah yang pernah menghancurkan ka’bah. Sementara sarang semut menandakan bahwa zamzam akan segera kembali ditemukan dan dikerumuni banyak orang.

Abdul Muthalib pamit kepada istrinya untuk mulai mengurai petunjuk-petunjuk tersebut. Pertama yang dilakukannya adalah menggelar kurban besar-besaran, ia juga membagikan banyak makanan.

Abdul Muthalib kembali merenungi mimpinya. Ia yakin betul, titik lokasi zamzam terletak di antara dua berhala Aslaf dan Nailah. Dengan ditemani seorang putranya, Al-Harits, Abdul Muthalib mulai menggali di lokasi yang dianggap suci oleh banyak orang ini.

"Sungguh, kami tidak akan membiarkanmu menggali di antara dua berhala tempat kami berkurban ini," ujar dari pewakilan penyembah berhala.

Namun dengan kapak dan peralatan sederhana yang dibawa, Abdul Muthalib tetap meneruskan pekerjaan menggalinya. Tak sampai memakan waktu lama. Bersama anaknya tersebut, Abdul Muthalib menggali sebidang tanah yang di atasnya berdiri berhala. Ia yakin, itulah tempat yang ada dalam mimpinya. Ia dan anaknya terus menggali hingga akhirnya menemukan banyak perkakas seperti emas, pedang, baju perang, dan benda lainnya. Setelah barang-barang itu diangkut, maka keluarlah air. Dan sumber mata air zamzam telah ditemukan kembali.

Dalam versi lainnya, sumur itu kembali ditemukan setelah berabad-abad hilang oleh Abdul Muthalib. Dia adalah salah satu pembesar Quraisy yang bertugas menyediakan air minum bagi rombongan haji yang datang ke Makkah. Kala itu, Makkah sedang dilanda musim paceklik dan panas yang berkepanjangan. Abdul Muthalib pun kesulitan menemukan air, padaha ribuan jamaah haji akan segera datang.

Suatu malam, Abdul Muthalib bermimpi didatangi seseorang dan menyuruhnya menggali Zamzam. Mimpi itu dialaminya sampai tiga kali. Abdul Muthalib pun sempat ragu apakah benar sumur itu masih ada. Akhirnya dia mengajak putranya untuk menggali tanah yang terletak di tempat penyembelihan kurban masa Jahiliyah. Abdul Muthalib pun terus menggali dan akhirnya dia menemukan dua patung rusa yang terbuat dari emas, tujuh baju zirah dan tujuh pedang. Barang-barang itu adalah milik Madhadh yang telah lama tertimbun.

Penemuan itu sempat menghalangi penggalian sumur Zamzam karena kaum Quraish yang lain berebut harta yang ditemukan Abdul Muthalib. Dia pun terpaksa menyelesaikan masalah itu terlebih dahulu. Bahkan, antara Abdul Muthalib dengan para pembesar Quraish yang sempat terlibat adu tegang terkait hak atas harta itu. Kemudian, Abdul Muthalib meminta mereka untuk menunjuk hakim untuk menyelesaikan masalah itu. Mereka pun bergegas menuju tempat hakim itu, yang terletak di sekitar Syam.

Di tengah perjalanan, rombongan itu kehabisan air, termasuk juga Abdul Muthalib. Dia pun meminta air yang masih ada dalam persediaan milik pembesar Quraish itu masing-masing. Mereka semua menolak membagi air. Akhirnya, Abdul Muthalib sudah tidak sanggup dan menyuruh rombongannya untuk menggali kubur masing2 dan menunggu ajal. Tapi, Abdul Muthalib kemudian menilai pekerjaan itu sia-sia. Dia pun kemudian mengajak rombongannya melanjutkan perjalanan. Ketika dia menaiki untanya, tiba-tiba tanah yang diinjak oleh untanya mengeluarkan air jernih. Abdul Muthalib bergegas turun dan meminum air itu. Dia pun mengajak semua rombongannya untuk memenuhi tempat persediaan air mereka.

Kemudian, Abdul Muthalib kembali ke Makkah dan tidak jadi melanjutkan perjalanan menuju Syam. Penemuan sumur Zamzam ini kemudian menutup semua sumur yg telah digali untuk memenuhi kebutuhan air minum jamaah haji. Para jamaah haji pun memilih air dari sumur Zamzam, karena selain letaknya yang tidak jauh dari Makkah, juga karena khasiat luar biasa yang terkandung dalam air itu.

Baca Juga: Kegersangan yang Menarik

Setelah ditemukannya sumur Zamzam, kehidupan masyarakat di Arab, khususnya di sekitar kota Mekkah, menjadi lebih berkembang. Kota Mekkah, yang dulunya gersang menjadi lebih maju dan ramai. Abdul Mutholib, yang kala itu menjadi pemilik sah sumur Zamzam, kemudian menjadi seseorang yang disegani seluruh penduduk Mekah.

Wallahu a'lam

Sumber: islam.nu.or.id, lazone.id, medcom.id, umroh.com
Oleh: Al-Faqir Ahmad Zaini Alawi Khodim Jama’ah Sarinyala