Ibuku Membuatku Tertekan

 
Ibuku Membuatku Tertekan
Sumber Gambar: Dok Laduni.ID

Assalamu'alaikum wr wb

Perkenalkan saya, cowok, siswa SMA kelas 10. Saya merasa tertekan dengan kondisi saya. Saya dituntut Ibu saya agar punya nilai minimal 90 di semua pelajaran. Saya ngerasa ga sanggup. Nilai says sekarang antara 75-80. Tapi itu tidak membuat ini saya puas. Sehari-hari saya kesepian. Karena cuma berdua dengan ibu. Saya anak kandung. Ayah tiri saya kerja di luar negeri dan jarang pulang. Ibu saya cerai dengan ayah kandung saya saat saya masih kecil.

Baca juga: Menjalin Hubungan Jangan untuk Coba-Coba

Kadang saya ingin cerita-cerita dengan ini, tapi ibu lebih sibuk dengan HP. Jadi saya merasa sendiri kalau di rumah. Di sisi lain, saya dituntut harus berprestasi. Pilihan saya jadi tentara dilarang ibu saya. Katanya, saya ga sanggup di IPA. Sulit. Juga pas saya pengin masuk jurusan IPA, ibu saya melarang. Maunya IPS. Padahal saya suka matematika dan fisik.

Saya bingung, kayaknya saya jadi benar-benar merasa ga bisa. Karena itu saya akhirnya mengurung diri aja. Saya bingung mesti gimana. Karena kalau mau mulai cerita ke ibu, kadang ibu juga ga merhatiin. Jadi saya milih diem aja. Saya mesti gimana ya Pak?

Wassalamu'alaikum wr wb
Hormat saya,

K

Jawaban:

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Semoga hari-hari Anda senantiasa dipenuhi kebahagiaan. Terima kasih sudah berbagi dengan kita di sini. Saya bisa memahami kondisi Anda. Di mana sejak kecil Anda tidak memiliki figur ayah yang bisa dijadikan tempat bercerita bagi anak laki-laki. Ditambah dengan ibu yang sibuk dan kurang dekat secara psikis dengan Anda sehingga membuat Anda seolah-olah harus sendiri menghadapi semua masalah Anda. Ayah tiri yang mungkin bisa diharapkan menggantikan figur ayah Anda, ternyata karena kondisi, kerja di luar negeri membuat Anda tidak mendapatkan role model dari ayah. Selain itu Anda tuntutan dari Ibu seperti agat Anda memiliki nilai yang tinggi di semua mata pelajaran Anda, selalu mengikuti kehendak Ibu membuat Anda merasa tertekan. Namun demikian Anda tetap harus optimis bahwa satu saat nanti Anda bisa sukses.

Baca juga: Saya Gamang dengan Pilihan Saya, Apa yang Harus Saya Lakukan?

Anda tampaknya memiliki beban emosi dan pikiran yang besar. Selama beban ini tidak dilepaskan, maka Anda akan merasa berat menjalani semua kegiatan Anda. Bagaimana cara mengurangi beban emosi? Ada beberapa cara yang bisa dilakukan misalnya Anda curhat ke teman atau ke kerabat atau ke seseorang yang Anda percaya. Ceritakan tentang apa yang Anda rasakan dan Anda inginkan. Curhat akan mengurangi beban emosi sekaligus menemukan soludo masalah Anda. Kalau Anda merasa kesulitan atau merasa tidak ada yang menjadi tempat curhat, Anda bisa coba cara berikutnya.

Baca juga: Generasi Sandwich: Apa dan Bagaimana Menyikapinya?

Anda bisa menuliskan dalam sebuah buku tentang semua perasaan dan pikiran negatif Anda. Bisa berbentuk poin-poin atau paragraf cerita. Bebas saja. Tujuan utama dari aktivitas menulis ini adalah untuk menyalurkan emosi dan pikiran Anda. Cara ini mungkin tidak memberikan solusi langsung seperti curhat. Tapi cara ini efektif mengurangi beban emosi Anda. Mengapa began emosi harus dikeluarkan? Karena selama emosi menguasai diri kita, maka kita tidak bisa berpikir jernih. Fungsi rasional kita terhambat oleh emosi kita. 

Baca juga: Tips Menangani Anak Egois

Mengenai kondisi nilai Anda saat ini yang masih di bawah standar ibu, jangan berkecil hati. Karena nilai 75-80 sebenarnya juga cukup baik. Anda tetap belajar dan mengerjakan semua tugas sekolah semampu Anda. Kerjaan semampunya hingga Anda benar-benar merasa tidak mampu. Jika Anda terus terpuruk seperti sekarang, justru Anda tidak akan bisa meningkatkan nilai Anda. Kalau seperti ini maka ibu Anda pasti akan tambah kecewa. Mengenai penjurusan, komunikasikan lagi dengan ibu, bahwa Anda maunya di IPA. Beri tahu ibu Anda tentang keuntungan jika masuk IPA. Apapun kekhawatiran ibu yang menganggap Anda tidak mampu, Anda mesti berusaha membuktikan bahwa Anda mampu. Dengan apa? Tentunya dengan belajar yang giat.

Mungkin itu yang bisa saya sampaikan mudah-mudahan bermanfaat. Semoga sukses dengan segala cita-cita Anda.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

 

Salam hormat
Dr. Muhammad Fakhrurrozi, M.Psi, Psi