Abah Habib Luthfi dan Mbah Maimun Tentang Cirebon

 
Abah Habib Luthfi dan Mbah Maimun Tentang Cirebon
Sumber Gambar: indonesiaexpres.co.id

Laduni.ID, Jakarta - Beberapa kali saya soan ke ndalem beliau berdua yang rumahnya merupakan seribu pintu, dalam artian siapa pun bisa dan sangat mudah masuk ke ndalemnya meski dengan kapasitas ketokohan beliau yang standarnya sudah kaliber Internasional.

Abah Habib Luthfi merupakan ketua Tokoh Sufi Internasional, Kongres Internasional Ulama Bela Negara yang diikuti tidak kurang dari 70-an negara pun dihelat di Pekalongan sebagai titik sentralnya ndalemnya Abah Habib dan sederet bukti autentik bahwa beliau Ulama yang disegani di seluruh dunia.

Mbah Maimun Zubair Rahimahullah, seantero semenanjung Arab -- Yaman, Maroko, Sudan, Syiria, Libya, Libanon dll -- namanya ditahbiskan sebagai ulama yg berpengaruh. Momen sederhana namun sakral saya dapati ketika beliau di ndalem Abah Habib Luthfi sedang santap makan malam bersama Mufti Syiria Syaikh Adnan Afyuni Rahimahullah, yang beberapa waktu mobilnya dipasangi bom oleh rombongan sparatis, sempat berikrar untuk saling menarik tangan jika di antara beliau berdua lebih dahulu masuk surga.

Dari beberapa perjumpaan sowan saya ke ndalem beliau, ada suatu pesan yang dalam hemat saya sangat mendalam;

"Nang, saman ngerti opo ora, kenopo kok Pesantren sak Jawa Tengah lan Jawa Timur iku roto-roto santrine mayoritas wong Cirebon?" (Nang, kamu tau apa tidak, kenapa kok pesantren se-Jawa Tengah dan Jawa Timur itu rata-rata santrinya mayoritas orang Cirebon? – Red)

Begitu mbah Mun memberi saya teka-teki.

Ngapunten, dalem mboten sumerep.” (Mohon maaf, saya belum mengetahuinya – Red)

Saya menjawab dengan singkat sambil menunggu tanggapan Mbah Mun.

"Riyen, iku mergo pendahulu Pesantren tuo nek Jateng-Jatim iki mesti onok nyambunge karo Cirebon." jawabnya sambil senyum khas Mbah Mun.

(Dulu itu, karena pendahulu pesantren tua di Jawa Tengah dan Jawa Timur ini pasti ada yang tersambung dengan Cirebon – Red)

"Mantuku yo enek telu seng keturunan Cirebon," beliau menambahkan, sambil menyebut nama Kiai Mustofa Aqiel, Ning Nawal Yasin, dan Ning Nabila (kalau saya ndak salah dengar).

(Menantuku juga ada tiga yang dari Cirebon – Red)

"Dadi kabeh santri sak Jowo iku wajib hukume minimal spisan soan neng Syaikh Syarif, opo meneh wong Cerbone dewe iku wes mesti kudu sering soan Syaikh Syarif". Pungkasnya.

(Jadi, semua santri se-Jawa itu wajib hukumnya, minimal sekali pernah sowan ke Syekh Syarif, apalagi santri Cirebon sendiri itu sudah harus sering sowan ke Syekh Syarif – Red)

Abah Habib Luthfi, pernah dawuh bahwa "Sewilayah tiga Cirebon iku (Cirebon, Indramayu, Kuningan, Majalengka) Wali Mastur neng Cirebon iku akeh pisan, blaratan, ora keitungan lan kabeh due tugas masing-masing go jaga wilayah Jawa iki," dengan bahasa dan logat Khas Cirebon beliau yang kental.

(Sewilayah tiga Cirebon itu (Cirebon, Indramayu, Majalengka) banyak sekali Wali Mastur, tidak terhitung banyaknya dan semua punya tugas masing-masing untuk jaga wilayah Jawa ini – Red)

"Cirebon iku watu. Abot watue, gede-gede watue." beliau memungkasi.

(Cirebon itu (banyak) Batu. Berat batunya, besar-besar batunya – Red)

 

Cukup segitu. Matursuwun.

5 Mei,

Rifqiel Asyiq