Biografi KH. Zainal Abidin Blora

 
Biografi KH. Zainal Abidin Blora

Daftar Isi Profil KH. Zainal Abidin Blora

  1. Kelahiran
  2. Wafat
  3. Keluarga
  4. Mursyid Tarekat
  5. Mendirikan Pesantren
  6. Pondoknya Menjadi Markas

Kelahiran

KH. Zainal Abidin dilahirkan di Desa Banjarwaru Kecamatan Ngawen. Beliau merupakan putra bungsu Longko Pati, tokoh agama asal Nganguk Pati yang kemudian hijrah ke Blora.

Wafat

KH. Zainal Abidin wafat pada 1922. Jenazah beliau dikebumikan di lingkungan pesantren Talokwohmojo. Sepeninggal almarhum, kepengasuhan pesantren dilanjutkan oleh KH. A Hasan dari tahun 1922 hingga 1942.

Sepeninggal Kiai Hasan tahun 1942, estafeta kepemimpinan pesantren dilanjutkan oleh KH Ismail. Sebelum mengurus pesantren, kiai yang merupakan murid kinasih KH. Kholil Kasingan Rembang ini sempat berguru kepada Syekh Hasyim Asyari di Tebuireng. 

Semasa kepemimpinan KH. Ismail (1942-1956), pesantren Mambaul Huda mengalami perkembangan cukup pesat. Santri dari luar daerah mulai berdatangan. 

Sepeninggal KH. Ismail, pengasuh pesantren dilanjutkan oleh KH. Nachrowi. Sejak saat itu, pengasuh santri syariat dan santri tarekat mulai dipisahkan. KH. Nachrowi mengasuh santri tarekat, sedangkan santri syariat dipercayakan pada KH. Abbas bin Zainal Abidin. 

KH. Abbas meninggal dunia pada 1976. Sepuluh tahun kemudian KH. Nachrowi menyusul menghadap Sang Ilahi. KH. Nachrowi mengasuh pesantren selama 34 tahun, yakni dari tahyn 1965 hingga 1980.

Konon nama Mambaul Huda muncul di masa duet kepemimpin KH. Nachrowi dan KH. Abbas. Sepeninggal KH. Nachrowi, pengasuh santri tarekat berturut-turut dilanjutkan oleh KH. Musthofa Nachrowi dan KH. Labib bin Musthofa.

Adapun urutan pengasuh santri syariat setelah KH. Ismail adalah KH. Abbas bin Zainal Abidin. "Saat ini diteruskan oleh KH. Ali Ridlo dan KH Idrus," ujar K Munir, Sekretaris Desa Talokwohmojo.

Keluarga

KH. Zainal Abidin melepas masa lajangnya dengan menikahi putrinya Nyai Kaminah, seorang gadis yang berasa dari Desa Talokwohmojo. Buah dari pernikahannya, beliau dikaruniai delapan orang anak. Kemudian KH. Zainal Abidin menikah lagi dengan Nyai Ruqayah, beliau dikaruniai lima orang anak. 

Mursyid Tarekat

Pada tahun 1908, KH. Zainal Abidin dikenal sebagai mursyid Tarekat Naqsabandiyah Kholidiyah. Sanad tarekat diperolehnya dari KH. Ahmad Rowobayan Padangan Bojonegoro.  

Mendirikan Pesantren

KH. Zainal Abidin adalah pendiri Pondok Pesantren Mambaul Huda Desa Talokwohmojo Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora. Pesantren tersebut menjadi pesantren tertua di Kabupaten Blora Jawa Tengah.

Pondoknya Menjadi Markas

Di masa silam, Pesantren Mambaul Huda adalah salah satu tempat berhimpunnya ulama dan pejuang. Saat pemberontakan PKI tahun 1948, misalnya, Mambaul Huda menjadi tempat bernaungnya rakyat maupun pejabat.

Betapa tidak? Akhir September 1948 Blora dikuasai PKI Muso yang hendak membentuk pemerintahan baru. Bahkan, Bupati Blora dan sejumlah tokoh pun menjadi korban kebiadaban PKI saat itu. 

Semasa agresi Belanda II tahun 1949 Mambaul Huda menjadi markas pertahanan tentara dan para sukarelawan pejuang.

 

Lokasi Terkait Beliau

    Belum ada lokasi untuk sekarang

List Lokasi Lainnya