Bukti Kewalian Habib Ja’far Alkaff: Ayam Sehat Kembali Setelah Diberi Amoxilin

 
Bukti Kewalian Habib Ja’far Alkaff: Ayam Sehat Kembali Setelah Diberi Amoxilin

LADUNI.ID, Jakarta - Suatu sore, saya diajak Habibana Ja'far bin Muhammad Alkaff untuk jalan-jalan. Beliau sering menyebutnya sebagai patroli. Waktu itu saya diberi kesempatan untuk semobil dengan beliau, Habib Ja'far duduk di kursi depan sebelah sopir dan saya ditengah.

Sepanjang perjalanan beliau ceria sekali sambil tertawa-tawa.

Saat di tengah perjalanan, beliau minta agar mobil untuk berhenti. Akhirnya beliau turun dan membeli buah-buahan banyak sekali. Belinya tanpa menawar. Malah penjualnya diberi uang lebih. Kemudian mobil jalan lagi. Ada pengemis beliau meminta untuk berhenti dan memberi uang kepada pengemis tersebut. Lalu berhenti untuk makan malam, jalan lagi. Hingga beliau memberi perintah sama sopir 'neng apotik (ke apotik).

Sesampai di apotik. Beliau turun. Kami mendampingi. Membeli obat Amoxilin (Obat Anti Biotik) banyak sekali. Aku membatin. Siapa yang sakit?.

Setelah membeli Amoxilin, mobil jalan kembali. Di dalam mobil beliau berkata 'Pitikku loro, meh tak kei obat (Ayamku sakit, mau aku kasi obat)'. Aku bertanya 'Pitik'e arep di kei Amoxilin Bib (Ayamnya mau di kasih Amoxilin bib?). Habib Ja'far menjawab singkat 'Yo

Sekitar jam 10-an malam kembali ke rumah beliau. Langsung menuju kandang ayam. Banyak sekali ayam beliau. Kandangnya bersusun-susun. Memberi perintah kepadaku untuk mengambil ayam dalam kandang. Membuka paruhnya. Dan beliau memasukkan obat Amoxilin ke dalam paruh ayam. Begitu seterusnya. Aku memegangnya dan beliau yang memasukkan obatnya. Semua ayam dikasih obat yang sama. Ayam yang sakit ataupun yang tidak sakit. Masing masing ayam diberi sebutir.

Besoknya aku mendengar kabar kalau ayam ayam beliau sudah sehat kembali. Masya Allah, Amoxilin untuk obat ayam yang sakit. Tapi inilah yang terjadi. Ayam beliau menjadi sehat kembali.

Beberapa tahun kemudian..

Ternyata ini adalah hikmah yang besar. Bahwasanya yang dilakukan oleh para waliyullah yang khowariqul Adah (Menyalahi Adat Kebiasaan) tidak bisa ditiru. Dimensi keimanan kita berbeda. Apalagi tidak mendapat ijazah melakukan hal tersebut. Pasti tidak manjur. Kita hanya dianjurkan untuk pasrah dan percaya jika melihat para wali yang khowariqul Adah/Majdub melakukan hal hal yang diluar logika. Semoga bermanfaat

Sumber: Nauval Mutahar