WEF: Akibat Pandemi, 85 Juta Pekerjaan Akan Digantikan Robot

 
WEF: Akibat Pandemi, 85 Juta Pekerjaan Akan Digantikan Robot

LADUNI.ID, Jakarta - Bank Dunia telah memperingatkan bahwa pandemi dapat meningkatkan ketimpangan pendapatan dan mendorong hingga 115 juta orang ke dalam kemiskinan ekstrem tahun ini. Pandemi telah mempercepat adopsi teknologi dalam bisnis dan konsumen. Permintaan untuk komputasi awan dan layanan e-commerce belakangan terus meningkat tajam, sementara perusahaan yang tidak dapat melayani pelanggan mereka secara online semakin ditinggalkan.

Pekerja yang tidak dapat bekerja dari rumah, baik karena pekerjaan mereka memerlukan interaksi tatap muka atau karena mereka memiliki akses internet yang terbatas, juga sangat dirugikan. Menurut laporan WEF, mesin atau teknologi dapat menggantikan sekitar 85 juta pekerjaan pada tahun 2025 mendatang, sekaligus memunculkan 97 juta pekerjaan baru. Adapun, pekerjaan yang bakal digantikan oleh mesin seperti asisten administrasi, bookkeepers, dan payroll clerks.

Sebab itu, di masa mendatang sejumlah pekerjaan seperti teller bank bakal tergantikan oleh robot. Demikian menurut sebuah laporan yang mengatakan resesi akibat pandemi COVID-19 telah mempercepat perubahan teknologi yang dapat menggantikan 85 juta jenis pekerjaan dalam 5 tahun ke depan.

"Otomatisasi bersama dengan resesi COVID-19, menciptakan skenario 'gangguan ganda' bagi pekerja," tulis laporan terbaru dari World Economic Forum (WEF), Rabu (21/10/2020).

Pekerjaan Baru yang Akan Muncul

Sementara posisi baru yang bakal muncul seperti profesi yang berkenaan dengan green economy, data dan artificial intelligence, serta pekerjaan baru di bidang teknik, komputasi awan, dan pengembangan produk.

Beberapa pekerja yang pekerjaannya rentan mungkin dapat alih profesi. Laporan itu menemukan bahwa 94% bisnis yang disurvei mengharapkan karyawannya untuk mengambil keterampilan baru di tempat kerjanya, meningkat tajam dari 65% pada 2018 lalu.

Analisis oleh tim sains data LinkedIn yang dilakukan untuk WEF menunjukkan bahwa banyak profesional yang telah pindah ke 'posisi baru' selama lima tahun terakhir berasal dari pekerjaan yang sama sekali berbeda, yang dalam beberapa kasus tidak memiliki keahlian yang sama.

Misalnya, setengah dari mereka yang beralih ke profesi ilmu data dan artificial intelligence berasal dari industri yang tidak terkait. Angka itu naik menjadi 67% dalam posisi teknik, 72% dalam posisi konten, dan 75% dalam penjualan.

Pemikiran kritis, analisis, dan punya kemampuan pemecahan masalah yang tinggi tetap menjadi salah satu keterampilan teratas yang dilihat oleh perusahaan terbesar di dunia sebagai faktor yang semakin penting selama lima tahun ke depan.

Keterampilan baru yang disoroti oleh perusahaan tentang bagaimana selama pandemi seseorang mampu mengatur kehidupan sehari-hari dengan baik, dan memiliki toleransi stres, ketahanan, dan fleksibilitas yang tinggi.

Tergantikan Robot

Oleh karena itu, berbagai perusahaan besar kini semakin berinvestasi dalam melatih kembali karyawannya yang ada. Laporan tersebut memproyeksikan bahwa setengah dari pekerja yang tetap dalam peran mereka perlu mempelajari keterampilan baru untuk melakukan pekerjaan mereka secara lebih efektif di dunia yang semakin serba otomatis ini.

Laporan WEF mengutip sebuah studi oleh penyedia pendidikan online Coursera, menemukan bahwa antara April dan Juni lalu ada peningkatan lima kali lipat dalam penyediaan pembelajaran online oleh pemberi kerja dan peningkatan empat kali lipat pada individu yang mencari peluang untuk belajar online secara mandiri.

Lebih dari dua perlima perusahaan besar yang disurvei oleh WEF berencana mengurangi tenaga kerja mereka karena adanya integrasi teknologi.

"Untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir, penciptaan lapangan kerja mulai tertinggal dan faktor ini siap mempengaruhi pekerja yang kurang beruntung," terang WEF dalam laporannya.

Pandemi virus COVID-19 telah menyebabkan lonjakan tajam pengangguran di seluruh dunia. Beberapa negara ekonomi utama di Eropa dan di tempat lain telah memperpanjang stimulusnya untuk mengimbangi peningkatan pengangguran yang mengkhawatirkan. Pengangguran di Amerika Serikat (AS) juga terus meningkat, sementara anggota parlemen masih berselisih tentang langkah-langkah stimulus baru.

"Saat angka pengangguran meningkat, hal itu semakin mendesak untuk memperluas perlindungan sosial termasuk dukungan memberikan pelatihan bagi para pekerja yang terlantar dan berisiko saat mereka menavigasi jalan ... menuju 'pekerjaan di masa depan,'" bunyi laporan WEF. (Source: Soraya Novika, Detik Finance).