Pembawa Al-Qur’an adalah Pembawa Panji Islam

 
Pembawa Al-Qur’an adalah Pembawa Panji Islam

LADUNI.ID, Jakarta - Dalam acara Pelantikan Majelis Hamalah al-Qur'an Nusantara, KH Husein Muhammad menyampaikan:

"Hamalah" adalah kata plural dari kata Hamil yang berarti pembawa. Jadi Hamalatul Qur'an berarti para pembawa al-Qur' an. Kata ini berbeda dengan Hafizh atau Huffazh. Hamalatul Qur'an tidak sekedar hafal al-Qur'an, tetapi juga memahami isinya, menjalankan/ mematuhi perintah al-Quran dan berakhlaq al-Qur'an.

Terhadap mereka Nabi mengatakan :

حامل القران حامل راية الاسلام. من اكرمه اكرمه الله.

"Pembawa al-Qur'an itu adalah pembawa panji Islam". Siapa saja yang memuliakan al-Qur'an, Allah niscaya memuliakannya".

حامل القرآن حامل راية الإسلام لا ينبغي أن يلهو مع من يلهو ولا يسهو مع من يسهو ولا يلغو مع من يلغو تعظيما لحق القرآن

Pembawa al Quran adalah pembawa bendera nilai-nilai Islam, (oleh sebab itu) tidak patut melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat, selalu waspada, tidak lalai kepada Allah, dan tidak berkata yang tidak berguna, demi mengagungkan Al Qur'an.

Lebih jauh Al-Qur'an menyatakan:

افلا يتدبرون القران ام علی قلوب اقفالها

Artinya: “Apakah mereka tidak mau merenungkan Al-Qur'an atau mereka mengunci hati/pikiran.”

Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulum al-Din mengatakan :

"Perhatikan. Orang yang berpendapat bahwa al-Qur'an hanya bisa dipahami kebenarannya menurut arti literalnya, maka dia sedang menceritakan keterbatasan pikirannya. Ini bisa dibenarkan jika itu hanya untuk dirinya. Tetapi adalah keliru jika dia mengharuskan pendapat dirinya tersebut kepada orang lain. Sesungguhnya banyak sekali pernyataan Nabi yang menegaskan bahwa makna yang dikandung al Qur'an itu sangat luas bagi orang-orang pintar dan cerdas. Setiap ayat al-Qur'an menyimpan empat lapis makna: makna lahir (literal), makna batin, "had" dan "Mathla'ۨ .

Ibnu Mas'ud, sahabat Nabi mengatakan: siapa pun yang ingin mengetahui pengetahuan generasi Islam awal dan terakhir ini, maka pikirkanlah dan renungkanlah al-Qur'an. Hal ini tidak bisa hanya dengan mengetahui makna literalnya".

Abdullah al-Tustari mengatakan: makna al-Qur' an itu tak terbatas. La Nihayah li Ma'ani al+Qur'an".

(KH Husein Muhammad)