Biografi KH. Dalhar Munawwir

 
Biografi KH. Dalhar Munawwir
Sumber Gambar: Istimewa, Ilustrasi: laduni.ID

Daftar Isi Biografi KH. Dalhar Munawwir

1    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1 Lahir
1.2 Riwayat Keluarga
1.3 Wafat
2    Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1 Mengembara Menuntut Ilmu
2.2 Guru-guru
3    Penerus-penerus Beliau
3.1 Murid-murid
4     Perjalanan Hidup dan Dakwah 
5    Referensi
6    Chart Silsilah Sanad

 

1.  Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1 Lahir
KH. Dalhar Munawwir atau yang lebih akrab disapa Mbah Dalhar lahir pada Kamis Pon, 14 Sya’ban atau 6 Juli 1933. Beliau merupakan putra ketujuh dari sembilan bersaudara dari pernikahan KH. Muhammad Munawwir dengan istri ketiganya yaitu Nyai Hj. Salimah.

Ayah Kyai Dalhar, KH. Muhammad Munawwir merupakan pendiri Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak.

Penulusuran silsilah nasab dari jalur ayah, ditemukan bahwa beliau adalah putra dari KH. Muhammad Munawwir bin Abdullah Rosyad bin KH. Hasan Bashori (Ajudan Pangeran Diponegoro pada masa perang Diponegoro tahun 1825- 1830).

1.2  Riwayat Keluarga
Pada tahun 1958 di usia 25 tahun, KH. Dalhar Munawwir menikah dengan Nyai Hj Rr. Makmunah, putri seorang Kyai dari Purworejo, Jawa Tengah, yaitu KH. Raden Ahmad Siroj atau Kiyai Ahmad Jambul.

Dari pernikahan ini Kyai Dalhar dikaruniai lima orang anak laki- laki dan satu orang anak perempuan, yaitu:

  1. Fuad Asnawi
  2. Fathoni
  3. Fairuzi Afiq
  4. Faishol Majdi
  5.  Fahmi
  6. Fanny Rifqoh.

1.3  Wafat
KH. Dalhar Munawwir wafat pada hari Rabu, 18 November 2009, jam 10.00 WIB. Kyai sederhana dan bersahaja itu berpulang ke rahmatullah di usianya yang ke- 76, yang sebelumnya mengalami sakit radang paru- paru. Jenazah beliau dikebumikan keesokan harinya pada hari Kamis, 19 November 2009 jam 10.00 WIB.

Ribuan orang dari berbagai kalangan memenuhi sepanjang Jalan Ali Maksum untuk memberikan penghormatan kepada beliau. Sebelum disemayamkan, jenazah disholatkan di Masjid Pondok Pesantren Al-Munawwir. Kemudian dibawa ke tempat pemakaman di komplek makam keluarga Dongkelan sesuai wasiat KH. Dalhar Munawwir, dan makamnya berada di sebelah barat istri tercinta beliau, Nyai. Hj. Rr Siti Makmunah.

2.   Sanad Ilmu dan Pendidikan

2.1  Menuntut Ilmu
Sejak kecil, KH. Dalhar Munawwir mendapat pendidikan agama di lingkungan pesantren. Beliau pertama kali belajar Al-Qur’an langsung kepada ayahnya, KH. Muhammad Munawwir hingga beranjak remaja. Sepeninggal ayahnya, KH. Muhammad Munawwir pada tahun 1942 M beliau melanjutkan pendidikannya dengan belajar di Pondok Pesantren Krapyak yang saat itu diasuh oleh KH. Ali Maksum (menantu KH. Muhammad Munawwir) yang merupakan kakak iparnya sendiri.

Pada waktu itu, KH. Dalhar Munawwir beserta saudara-saudaranya yang lain seperti KH. Ahmad Warson Munawwir, KH. Zuhdi Dakhlan, KH. Hasyim dan KH. Nursidi mengaji kepada KH. Ali Maksum untuk mendalami Al-Qur’an. Selain itu, beliau berguru kepada KH. Abdul Qodir Munawwir yang tak lain adalah kakaknya sendiri.

KH. Dalhar Munawwir juga pernah menimba ilmu langsung kepada KH. Nahrowi Dalhar yang merupakan pengasuh serta pendiri pesantren di Watucongol Magelang sewaktu Pasanan (Pengajian di bulan Ramadhan). KH. Siroj (Payaman), KH. Musyaffa’ (Kaliwungu), KH. Dimyathi (Comal Pemalang), KH. Bisri Mustofa (Rembang), dan KH. Suyuthi (Rembang).

2.2  Guru-guru

  1. KH. Muhammad Munawwir
  2. KH. Ali Maksum
  3. KH. Nahrowi Dalhar
  4.  KH. Siroj Payaman
  5. KH. Musyfa’
  6. KH. Dimyathi
  7. KH. Bisri Mustofa
  8. KH. Suyuthi

3.   Penerus-penerus Beliau

3.1  Murid-murid
Di antara alumni yang menonjol adalah Dr. H. Tantowi. Adapun penerus perjuangannya tentu adalah para santri Pesantren Nurussalam. 

4.   Perjalanan Hidup dan Dakwah

Pada periode awal, Pondok Pesantren Putri Krapyak diasuh langsung oleh muassis (pendiri) yakni istri KH. Muhammad Munawwir, Nyai Hj. Salimah beserta putra- putrinya sampai beliau wafat tahun 1967.

Selanjutnya, pengasuh para santri diteruskan oleh putra- putri KH. Muhammad Munawwir yaitu KH. Dalhar Munawwir, Nyai Hj Jauharoh Munawwir, dan menantunya yakni KH. Mufid Mas’ud.

Pada tahun 1975 an, KH. Mufid Mas’ud dan Ibu Nyai Jauharoh Munawwir pindah ke daerah Candi, Ngaglik, Sleman sehingga Pondok Putri Krapyak diasuh oleh KH. Dalhar Munawwir.

Di bawah asuhan KH. Dalhar Munawwir, pesantren ini menjadi semakin berkembang dengan masuk dan bertambahnya santri putra yang datang dari berbagai penjuru daerah dari Jawa bahkan hingga luar Jawa seperti Bali, Sumatera, dan daerah lainnya. Pada masa inilah bersamaan dengan berubahnya nama Pondok Pesantren Putri Krapyak, menjadi Pondok Pesantren Al-Munawwir Komplek Nurussalam.

Kata "Nurussalam" (cahaya keselamatan) sendiri disandarkan kepada pendiri pertama Pondok Putri yaitu Ibu Nyai Hj. Salimah Munawwir yang tak lain merupakan ibu kandung dari KH. Dalhar Munawwir.

Pada tanggal 9 Februari 1948, Pondok Pesantren Al-Munawwir Komplek Nurussalam tercatat secara resmi di kantor Departemen Agama Yogyakarta (sekarang Kantor Kementrian Agama Yogyakarta), dengan Piagam Nomor B. 8406, setelah lebih kurang tiga dasawarsa berdiri.

Di mata para santri, KH. Dalhar Munawwir merupakan sosok guru yang sangat perhatian, tidak pernah memandang keturunan dan bagaimana latar belakang para santri. Semua diperlakukan dan diperhatikan sama, tentunya dengan kasih sayang sama pula. Tak hanya Ilmu Al-Qur’an yang diajarkan oleh KH. Dalhar Munawwir, tetapi juga mengajarkan tentang fiqih, tauhid, dan ilmu keislaman lainnya (Islam kontemporer dan kekinian).

Metode dan sistem pengajaran yang diajarkan pun tidak pernah dipersulit dan mempersulit santri agar sistem belajar mengajar selalu menarik dan mudah dicerna, seperti menulis (meringkas) kitab sebagai acuan dan pedoman pembelajaran bagi santri, seperti Kitab "An- Namiqotu fil Qowa’idil Fiqhiyyah" sebuah kitab yang membahas tentang qawaidul fiqih atau kaidah- kaidah fiqih, terdiri dari 40 kaidah berbahasa Indonesia-Arab, juga mengirim santri dalam delegasi forum diskusi Bahtsul Masail untuk menumbuhkan pemikiran kritis dalam diri santri.

Berkaitan dengan teks khutbahnya beberapa alumni banyak yang mengakui kejelian dan kehebatan beliau dalam menyusunnya. "Dalam khutbahnya, Kyai Dalhar selalu mendoakan keamanan Indonesia," ujar Dr. H. Tantowi dalam acara Bedah Buku Khotbah KH. Dalhar Munawwir. Perkara ini sungguh penting, mengingat maraknya ujaran kebencian dan usaha mempolitisir agama oleh pendakwah dalam khutbahnya. Khutbah lantas menjadi medium dalam itikad memobilisasi kepentingan politik tertentu.

"Sebenarnya, meminta kebaikan bagi bangsa dan negara di dalam khutbah itu merupakan pakem atau struktur khutbah yang ada sejak era Sahabat Rasulullah SAW. Jadi kalau ada khutbah yang didoakan hanya umat Islam tanpa mendoakan bangsa dan negara yang dihuni, itu apologis." lanjut Dr. Tantowi, alumni Nurussalam yang juga menjadi dosen di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tersebut.

Adapun ketika disinggung mengenai seberapa dominan nilai nasionalis yang ada dalam khutbah-khutbah Kyai Dalhar, KH. Aliyyul Munif Qostolani menjelaskan bahwa Kyai itu menerjemahkan sebuah konsep dalam laku. "Jadi, jika mengingat pengamalan dan pengalaman ketika nyantri di Mbah Dalhar, laku Kyai Dalhar sudah sangat nasionalis."

Perlu diketahui, menurut KH. R. Mahfudz Hamid, dalam proses penyusunan khutbah, teks yang dipakai Kyai Dalhar ditulis sendiri.  "Khutbah Kyai Dalhar itu dibuat sendiri dan ditulis-tulis sendiri." Karena dibuat sendiri oleh KH. Dalhar Munawwir, maka karakter khutbahnya pun sangat padat. Bahkan, kata Dr. H Tantowi, "Orang belum ngantuk, Mbah Dalhar sudah barakallahu li wa lakum...."

Letak Pondok Pesantren Al-Munawwir Komplek Nurussalam yang berada di tengah-tengah lingkungan heterogen merupakan salah satu faktor di mana KH. Dalhar Munawwir harus selalu berinteraksi dan bersosialisasi dengan masyarakat sekitar agar tercipta kerukunan dan pergaulan di masyarakat. Sikapnya yang terbuka dan luwes dengan masyarakat sama sekali tidak memandang seseorang dari jabatannya, organisasi, ataupun agama yang dianut. Hal ini yang membuat beliau disegani serta tidak pernah tebang pilih dalam bergaul.

Masyarakat sekitar juga tidak meragukan ketokohan serta keluarga KH. Dalhar Munawwir yang begitu terbuka dan interaktif terhadap masyarakat sekitar. Bahkan ketika beliau mulang ngaji, tak hanya santri melainkan masyarakat sekitar pun diperbolehkan mengikuti pengajiannya.

Pengajian Kyai Dalhar tidak hanya dilakukan di lingkungan pondok, akan tetapi juga di luar pondok, seperti pengajian rutinan di Krapyak Wetan (Mergo Hasanah), di Saman Salakan, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul (barat Kasongan), daerah Ndiro, Sewon serta di daerah Samas, Bantul. Kebanyakan dari pengajian beliau sifatnya adalah selapanan atau 40 hari sekali.

Selain itu, KH. Dalhar Munawwir juga memiliki pengajian rutinan yang diberi nama Khodamatul Hujjat (pelayan haji) yang terbentuk setelah kepulangan haji serta berbagai kalangan yang bertempat tinggal di sekitar kota Yogyakarta dengan tujuan mendalami spiritualitas dan penguatan solidaritas (ukhuwwah) di antara rekan-rekan beliau. Bahkan pengajian tersebut, atas izin Allah, mampu mendirikan sebuah masjid (terletak di perempatan ring road jalan Imogiri Barat) yang merupakan salah satu simbol dalam syiar Islam.

Mari kita sejenak mendoakan beliau, semoga apa yang beliau kerjakan menjadi amal baik yang tak akan pernah terputus dan Allah senantiasa mencurahkan Rahmat-Nya kepada beliau.

Semoga kita sebagai murid, santri, dan muhibbin beliau mendapat keberkahan dari semua yang beliau tinggalkan.

Mari sejenak kita bacakan Tahlil untuk beliau: Surat Yasin, Susunan Tahlil Singkat, dan Doa Arwah

5.   Referensi

Diolah dan dikembangkan dari sumber primer situs resmi almunawwir.com dan berbagai sumber lain yang mendukung.

6.   Chart Silsilah Sanad

Berikut ini chart silsilah sanad guru KH. Dalhar Munawwir dapat dilihat di sini.


Artikel ini sebelumnya diedit tanggal 02 September 2022, dan kembali diedit dengan penyelarasan bahasa tanggal 06 Juli 2023.

 

Lokasi Terkait Beliau

List Lokasi Lainnya