Biografi KH. R. Ahmad Azaim Ibrahimy, Pengasuh Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo

 
Biografi KH. R. Ahmad Azaim Ibrahimy, Pengasuh Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo

Daftar Isi:

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Riwayat Keluarga

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1  Pendidikan
2.2  Guru-Guru

3.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
3.1  Menjadi Pengasuh Pesantren

4.    Organisasi
5.    Referensi

1. Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1 Lahir
KH. Muhammad Imdad  atau yang akrab dengan sapaan KH. R. Ahmad Azaim Ibrahimy lahir pada 25 Januari 1980 di Desa Sukorejo Situbondo. Beliau merupakan putra dari pasangan KH. Dhofier Munawwar dengan Nyai Hj. Zainiyah As’ad.

KH. Muhammad Imdad kecil terkenal sebagai anak yang sangat nakal. beliau sering melempar sesuatu jika ada yang mengganggu dirinya. Tidak jarang ibu asuhnya, Nyai Siti menerima bugem atau pukulan dari anak asuhnya.

Mengetahui cucunya suka marah seperti itu, KH. R. As'ad Syamsul Arifin meminta agar nama Muhammad Imdad dirubah menjadi Ahmad Azaim Ibrahimy. Akhirnya, sekitar usianya yang masih 8 tahun, Ahmad Azaim Ibrahimy resmi menjadi nama dari cucu KH. As’ad.

1.2 Riwayat Keluarga
KH. R. Ahmad Azaim Ibrahimy menikah dengan Ning Sari. Pernikahan keduanya berawal dari wasiat yang disampaikan oleh kakaknya Nyai. Hj. Makkiyah As’ad bahwa, KH. R. Ahmad Azaim Ibrahimy dikawinkan dengan Ning Sari.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan

2.1 Pendidikan
KH. R. Ahmad Azaim Ibrahimy memulai pendidikannya dengan belajar di Sekolah Dasar (SD) dan lulus pada tahun 1992. Kemudian, beliau kembali melanjutkan pendidikan menengahnya di SMP Ibrahimy Sukorejo. Masa pendidikannya di SMP yang merupakan milik dari keluarganya ini beliau tempuh dari tahun 1992-1994. Di SMP tidak sampai menyelesaikan pendidikan SMP nya, akhirnya pada tahun 1994, beliau pindah ke SMP Nurul Jadid Paiton sampai lulus SMP tahun 1995.

Kepindahan KH. R. Ahmad Azaim Ibrahimy ini atas inisiatif beliau sendiri. Alasan beliau untuk pindah dari sekolah karena merasa guru-gurunya memperlakukannya dengan istimewa.

Walau sebagai cucu KH. As’ad, ternyata beliau merasakan tidak nyaman dengan perlakuan guru-gurunya pada dirinya. Beliau pun meminta Sang Ummi untuk mencarikan tempat mondoknya yang baru. Atas hasil Istikhoroh dari Sang Ummi, beliau mantap untuk mondok di Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton yang diasuh oleh KH. Abdul Wahid Zaini.

Tidak ingin diperlakukan secara istimewa ditempat barunya ini, beliau tidak pernah sama sekali menampakkan kalau beliau adalah putra KH. Dhofier Munawwar. Di Pesantren inilah tampil apa adanya. Beliau sering menyapu dan cuci piring di dapur. Usai menyapu dan cuci piring, beliau langsung pergi tanpa mau menerima imbalan yang ditawarkan kepadanya.

Merasa mendapatkan ketenangan di Pesantren ini, beliau kembali melanjutkan pendidikan formalnya ditempat yang sama, di Madrasah Aliyah Khusus (MAK) Nurul Jadid Paiton. Perantauan ilmiyahnya di Paiton yang dimulai tahun 1994 ini berakhir sampai tahun 1998. Kemudian, Pada tahun 1998-1999 beliau kembali nyantri di Pondok Pesantren Ilmu Al-Qur’an (PIQ) Singosari Malang yang diasuh oleh KH. M. Basori Alwi Murtadlo.

Pada tahun 1999, kembali mondok di Pondok Pesantren Al-Ishlah Kampung Saditon Lasem, kemudian dilanjut belajar di Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan, Pondok Pesantren Siwalan Panji Buduran Sidoarjo, hingga mondok di Pesantren Nurul Haromain Pujon Malang diasuh oleh KH. Muhammad Ihya’ Ulumiddin yang beliau tempuh selama tiga tahun, dari tahun 2000-2003.

Pada tahun 2003, beliau kembali melanjutkan pendidikannya untuk belajar di Ma’had Rushaifah, Makkah Al-Mukarramah asuhan Abuya Sayyid Muhammad Alwi Al-Maliki.

2.2 Guru-Guru

  1. KH. Dhofier Munawwar,
  2. KH. Abdul Wahid Zaini,
  3. KH. M. Basori Alwi Murtadlo,
  4. KH. Muhammad Ihya’ Ulumiddin,
  5. Sayyid Muhammad Alwi Al-Maliki.

3. Perjalanan Hidup dan Dakwah

3.1 Menjadi Pengasuh Pesantren
KH. R. Ahmad Azaim Ibrahimy adalah ulama Kharismatik, tawadlu, dan berpenampilan sederhana berasal dari Situbondo Jawa Timur, beliau adalah pengasuh Pesantren Salafiyah Syafi’iyah ke-4 (empat) setelah KH. R. Ahmad Fawaid As’ad.

Isyarah estafet kepemimpinan Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah dari KH. R. Ahmad Fawaid As’ad ke tangan KH. R. Ahmad Azaim Ibrahimy sudah ada sejak dulu. Menurut Nyai. Hj. Makkiyah As’ad sekitar tahun 1980-an, Nyai Zainiyah As’ad sering bercanda, bahwa setelah KH. Fawaid, yang meneruskan Pondok Sukorejo nanti adalah Ra Zaim. “Candaan Nyai Zai tersebut sekarang menjadi kenyataan,” imbuh Nyai Makki.

Sebelum Nyai Makki melaksanakan ibadah umrah, KH. Fawaid menitipkan pesan agar disampaikan kepada Habib Ahmad bin Muhammad Al-Maliki, guru Ra Zaim. “Ketika di Makkah, saya mendengar suara agar menunggu untuk menyampaikan pesan itu sampai bulan purnama, tanggal lima belas,” tutur Nyai Makki.

Ternyata, tanggal 16 Rabiul Tsani, KH. Fawaid meninggal dunia. Setelah itu, Nyai Makki menyampaikan pesan KH. Fawaid kepada Habib Ahmad bin Muhammad Al-Maliki. Habib Ahmad berjanji akan mengantarkan sendiri Ra Zaim ke Sukorejo untuk menjadi pengasuh pesantren.

4. Organisasi
Jiwa kepemimpinan KH. R. Ahmad Azaim Ibrahimy sudah mulai tanpak saat liburan dari tempat mondoknya, beliau pergunakan untuk mendirikan organisasi-organisasi kecil-kecilan. Dintaranya adalah Forum Komunikasi Santri Situbondo (Foksasi) dan Ikatan Silaturrahmi (Iksi). Foksasi ini sebagai wadah bagi santri-santri Situbondo yang nyantri di Sukorejo.

Sedangkan Iksi ini adalah organisasi keluarga. Iksi ini sebagai wadah mempersatukan kembali kelurga besar pondok pesantren. Karena menurut KH. R. Ahmad Azaim Ibrahimy, banyak Ahlul Bait yang sudah mulai menjauh dari pesantren. Nah, Iksi inilah yang bertugas mendatangi keluarga-keluarga yang masih ada hubungan darah dari pintu kepintu.

Sampai-sampai, Iksi ini pernah berkunjung ke Pulau Madura hanya untuk mempersatukan kembali hubungan kekeluargaan diantara mereka. Perlahan namun pasti, Organisasi keluarga yang diketuai langsung oleh KH. R. Ahmad Azaim Ibrahimy ini mulai membuahkan hasil. Keluarga yang sebelumnya tidak pede bergaul dengan keluarga Dhalem mulai merapat kembali. Keluarga Dhalempun mulai menyentuh mereka.

Selain itu, KH. R. Ahmad Azaim Ibrahimy juga menggagas komunitas Jamiyah Shalawat yang diberi nama Bhenning. Komunitas ini terinspirasi bait kasidah shalawat mahallul qiyam salah satu karya sastra ulama terdahulu yaitu Hawdukas shafil  mubarrad wirduna yawman nusuri.

5. Referensi
Sinergimadura.com


Artikel ini sebelumnya diedit tanggal 25 Januari 2023, dan kembali diedit dengan penyelarasan bahasa pada tanggal 25 januari 2024

 

Lokasi Terkait Beliau

List Lokasi Lainnya