Virus Corona Sebabkan Singapura Akan Hadapi Resesi Ekonomi

 
Virus Corona Sebabkan Singapura Akan Hadapi Resesi Ekonomi

LADUNI.ID, Jakarta – Wabah virus corona yang menjangkiti masyarakat sebagian dunia, telah membuat ekonomi di Singapura terancam. Singapura kini tengah bersiap-siap untuk menghadapi kuartal mendatang karena diprediksi akan menghadapi resesi ekonomi .

Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong. Menurutnya, virus corona yang mewabah ke sebagian negara, terutama di China, membuat perekonomian di Singapura menjadi waspada, bahkan dimungkinkan mengalami resesi ekonomi yang hebat.

“Dampaknya akan signifikan setidaknya dalam beberapa kuartal mendatang. Ini adalah wabah yang sangat hebat,” terang Lee Hsien Loong, sebagaimana video yang diunggah di halaman akun Facebooknya, Jumat (14/2).

Lee bahkan juga mengatakan bahwa bisnis di bandara terpukul dengan pengurangan sepertiga jumlah penerbangan. “Saya tidak bisa mengatakan apakah kita akan mengalami resesi atau tidak. Itu mungkin, tapi pasti perekonomian kita akan terpukul,”  ucapnya, seperti dilansir Reuters.

Singapura pada dasarnya telah melarang semua pengunjung dari China, sumber wisatawan terbesarnya, sementara beberapa negara telah menyarankan untuk tidak bepergian ke Singapura yang memiliki salah satu jumlah keseluruhan infeksi virus tertinggi di luar China pada angka 58.

Pemerintah Singapura berencana akan merilis data pertumbuhan ekonomi kuartal keempat pada Senin (17/2/2020), dan para ekonom mengantisipasi revisi untuk kisaran perkiraan pertumbuhan 2020 sebesar 0,5 hingga 2,5 persen. Sementara itu, pada Selasa (18/2/2020), pemerintah Singapura akan merilis paket kebijakan ekonomi khusus untuk mengurangi dampak wabah virus corona

Sektor manufaktur dan perdagangannya mungkin juga dilanda gangguan ekonomi yang meluas di China akibat wabah tersebut.

Singapura baru saja menunjukkan tanda-tanda pemulihan dari tingkat pertumbuhan terendah dalam satu dekade tahun lalu yakni 0,7 persen ketika wabah menyebar ke pusat bisnis Asia itu pada akhir Januari lalu.