Konsultasi Psikologi: Menyakitkan itu Menyenangkan

 
Konsultasi Psikologi: Menyakitkan itu Menyenangkan

Assalamu’alaikum wr wb

Perkenalkan, Pak. Saya, mahasiswi sebuah universitas swasta. Saya punya teman, perempuan. Dia suka cerita, kalau dia lebih senang disakiti terlebih dahulu saat berhubungan badan. Entah diikat, dibekap, dipukul atau dijambak dan sebagainya yang nyakitin fisik. Katanya dia ngga akan terangsang kalau tidak disakiti seperti itu. Apakah yang dilakukan teman saya ini wajar, Pak? Atau gangguan? Mohon pencerahannya. Terima kasih, Pak.

Wassalamu’alaikum wr wb

Jawaban:

Assalamu’alaikum wr.wb.

Terima kasih atas pertanyaannya, Mba. Apa yang dialami teman Anda tampaknya berhubungan dengan salah satu kelainan seksual. Hubungan seksual yang wajar adalah suatu jenis hubungan yang dilakukan dengan suka sama suka dan tanpa ada yang menyakiti dan disakiti. Jika memang teman Anda merasa bahwa dia baru bisa terangsang ketika dirinya disakiti, maka besar kemungkinan itu berhubungan dengan satu jenis gangguan seksual. Gangguan seksual itu banyak sekali jenisnya, salah satunya adalah suatu kelompok gangguan yang disebut Parafilia.

Parafilia ini merupakan suatu gangguan seksual dimana seseorang lebih terangsang jika menggunakan objek dan melakukan aktivitas seksual yang tidak wajar. Jenisnya antara lain eksibisionisme, voyeurisme, froteurisme, fetisisme, sadistis, masokisme, zoofilia dan sebagainya. Tampaknya teman Anda mengalami gangguan jenis masokis/masokisme.

Masokis/masokisme merupakan suatu jenis gangguan parafilia dimana seseorang akan terangsang secara seksual jika dirinya disakiti, dipukul, dijambak, ditendang, diikat, dan berbagai bentuk perlakuan yang menyakitkan lainnya. Jenis perlakuannya bisa sampai membahayakan jiwa penderitanya. Ada yang sampai menyiksa diri dengan menghalangi jalan nafas, misalnya dengan membekap mulut dan hidungnya, menutup kepalanya dengan kantong plastik atau bahkan mencekik untuk mengurangi asupan oksigen.

Penderita masokis tampaknya lebih suka dirinya menderita. Hal ini bisa berkaitan dengan trauma masa lalu yang tidak terselesaikan di mana pada akhirnya individu menikmati berbagai macam bentuk penderitaannya. Penanganan gangguan ini tentunya harus dilakukan oleh professional secara intensif. Salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan terapi perilaku dan kognitif.

Mungkin demikian sedikit yang bisa saya sampaikan, Mba. Mudah-mudahan ada manfaatnya. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Salam hormat

Dr. Muhammad Fakhrurrozi. M,Psi.Psi
(Dosen Universitas Gunadarma – Instagram = @fakhrurrozi)