Ziarah di Makam KH. Abbas Buntet, Sosok Pejuang Revolusi dari Cirebon

Memperoleh Donasi Sebesar : Rp 0. Donasi Sekarang
 
Ziarah di Makam KH. Abbas Buntet, Sosok Pejuang Revolusi dari Cirebon

Daftar Isi

Laduni.ID, Jakarta - KH. Abbas Buntet merupakan generasi keempat yang mengasuh pesantren Buntet. Di luar ilmu-ilmu agama, KH Abbas juga mengajarkan seni bela diri untuk para santri. Hal ini kelak menjadi modal penting bagi para santri untuk ikut mempertahankan kemerdekaan negeri dari penjajah. Pondok Pesantren Buntet juga menjadi basis penting laskar-laskar jihad, semisal barisan Hizbullah, Sabilillah, atau PETA (Pembela Tanah Air), terutama ketika era setelah Proklamasi 1945. Di luar itu, dia juga membentuk dua regu laskar santri, yakni Asybal dan Athfal.

KH Abbas Buntet dikenal luas sebagai pejuang yang berani. Pada zaman revolusi, Belanda (NICA) yang membonceng Sekutu ingin menjajah kembali Indonesia.

Menjelang pertempuran 10 November 1945 itu, di Cirebon KH Abbas juga sudah mulai memobilisasi massa, terutama dari kalangan santri. Dia memberikan komando untuk ikut dalam barisan perjuangan rakyat Indonesia di Surabaya. Dia sendiri ikut terjun dalam kancah perang besar ini. Orator ulung, Bung Tomo, bisa dikatakan anak didiknya dalam semangat perjuangan. KH Abbas Buntet ditunjuk menjadi komando Resolusi Jihad oleh KH. Hasyim Asy'ari dan ulama-ulama lainnya di Rembang.

Ditilik ke belakang, peristiwa bersejarah tersebut merupakan efek dari Resolusi Jihad yang digagas para kiai sebelumnya dalam pertemuan Nahdlatul Ulama di Surabaya, pada Oktober 1945. KH Abbas juga turut menghadiri acara yang merumuskan fatwa jihad tersebut.

KH Abbas ikut aktif dalam organisasi Nahdlatul Ulama (NU). Di sini, jabatannya adalah anggota Dewan Muhtasyar Pusat dan kemudian Rais A'am Dewan Syuriah NU Provinsi Jawa Barat.

Profil

KH. Abbas Djamil Buntet lahir pada hari Jumat 24 Zulhijah 1300 H atau 1879 M di desa Pekalangan, Cirebon. Beliau merupakan putra sulung KH. Abdul Jamil. Jalur nasab dari sang ayah, beliau merupakan turunan dari KH. Muta’ad yang tak lain adalah menantu pendiri Pesantren Buntet, yakni Mbah Muqayyim salah seorang mufti di Kesultanan Cirebon.

Guru-guru beliau di antaranya:

  1.     KH. Nasuha Sukansari (Plered)
  2.     KH. Hasan Jatisari (Weru)
  3.     KH. Ubaidah (Tegal)
  4.     KH. Hasyim Asyari

Untuk kelanjutannya tentang Profil beliau silahkan baca di Biografi KH. Abbas Buntet

Lokasi Makam

KH Abas Buntet  wafat pada hari Ahad 1 Rabi’ul Awwal 1365 H/1946 M, di usia 64 tahun,  jenazah beliau dimakamkan di kompleks Makbaroh Gajah Ngambung Pesantren Buntet, Desa Mertapada Kulon, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon.

Haul

Haul KH. Abbas Buntet diadakan pada bulan Rajab tahun hijriah. Acara Haul ini diadakan di pesantren Buntet Cirebon.

 

Motivasi Ziarah Menurut Syekh An Nawawi al Bantani

1. Untuk Mengingat mati dan Akhirat
2. Untuk mendoakan
3. Untuk mendapatkan keberkahan
4. Memenuhi hak ahli kubur yang diziarahi, seperti ke makam orang tua

Fadilah

Makam KH. Abbas Buntet banyak dikunjungi para peziarah dan santri. Tak hanya datang dari wilayah Cirebon saja. Banyak peziarah yang datang dari luar kota dan bahkan dari luar Jawa yang berziarah di makamnya yang berada di komplek Makbaroh Gajah Ngambung, Cirebon.

Ada keyakinan dari masyarakat dan santri yang datang ke sana bahwa dengan berziarah, berdoa dan bertawassul di makam  KH. Abbas Buntet , maka akan dimudahkan dalam mempelajari ilmu bagi para santri, dimudahkan dalam mencapai cita-citanya bagi para santri atau hajat bagi para peziarah, dimudahkan dalam mendapatkan derajat.

Oleh-oleh

Oleh-oleh yang bisa dibeli dan dibawa pulang usai ziarah di Cirebon di antaranya:
Sirup Tjampolay, Terasi Udang Cirebon, Kue Gapit, Jambal Roti, Serabi, Kerupuk Rambak, Keripik, Batik Cirebon