Ziarah di Makam Ki Ageng Makukuhan, Pendakwah Islam di Kedu

Memperoleh Donasi Sebesar : Rp 0. Donasi Sekarang
 
Ziarah di Makam Ki Ageng Makukuhan, Pendakwah Islam di Kedu

Daftar Isi

Laduni.ID, Jakarta - Berawal dari masa berdirinya Kerajaan Demak, ada seorang pemuda beretnis Tionghoa, yang sedang menuntut ilmu di Pondok Pesantren Glagahwangi pimpinan Sunan Kudus. Nama pemuda tersebut Ma Kuw Kwan, namun oleh Sunan Kudus, dia diberi nama baru yakni Syarif Hidayat. Meski demikian, Sunan Kudus masih sering memanggil dengan nama aslinya, karena dia memang merupakan salah satu santri kesayangan Sunan Kudus.

Disaat Ma Kuw Kwan harus melarikan diri dari Prajurit Kerajaan Capiturang pimpinan Gagaklodra yang hendak membunuhnya. Untuk menghilangkan jejak, saat itu Ma kuw Kwan menggunakan nama samaran Jaka Teguh. Selain mendapat tambahan ilmu agama, Ma Kuw Kwan juga diajari cara bercocok tanam oleh Sunan Kalijaga, juga beberapa ilmu kanuragan, termasuk ilmu untuk terbang.

Selain itu Sunan Kalijaga sengaja mengajarkan cara bercocok tanam, agar Ma Kuw Kwan menyebarkan agama Islam melalui media pertanian. Sedangkan ilmu kanuragan, memang diperlukan untuk menjaga diri selama melakukan perjalanan. Setelah dirasa cukup ilmu yang diberikan, Sunan Kalijaga menugaskan Ma Kuw Kwan untuk menyebarkan agama di daerah Kedu, hingga akhirnya Ma Kuw Kwan bermukim di Desa Pendang. Disini Ma Kuw Kwan mulai aktif menyebarkan agama Islam. Beliau mensi'arkan agama islam menggunakan cara bertani.

Ki Ageng Makukuhan adalah seorang wali yang ikut tergabung dalam anggota Dewan Santri Sanga generasi penerus Walisanga. Beliau adalah seorang wali
yang hidup sejaman dengan Walisanga yang memegang peranan penting dalam menyebarkan agama Islam di Daerah Kedu (Temanggung). Salah satu bukti beliau pernah berguru kepada Sunan Kudus dan Sunan Kalijaga.

Beliau telah merubah masyarakat Kedu yang semula masih menganut kepercayaan Hindu dan Budha hingga menjadi masyarakat yang beragama Islam. Berkat Ki Ageng Makukuhan seluruh masyarakat Temanggung dan sekitarnya sekarang menjadi makmur khususnya dalam bidang pertanian.

Profil

Ki Ageng Makukuhan disebut juga dengan nama Syeikh Maulana Taqwim, Jaka Teguh dan Maha Punggung. Di samping itu, beliau juga telah menyebarkan agama Islam di daerah Kedu yang sekarang bertempat di Desa Kedu, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung.

Ki Ageng Makukuhan, dikenal sebagai wali yang pertama kali menyiarkan agama Islam di Daerah Kedu (Temanggung) mulai dari tahun 1471 sampai tahun
1497 M. melalui strateginya yaitu: membuka Perdikan Kedu, mengolah lahan pertanian dan mendirikan Padepokan Makukuhan.

Beliau adalah seorang wali ber-etnis Tionghoa. Beliau menuntut ilmu di Pondok Pesantren Glagahwangi pimpinan Sunan Kudus. Nama asli nya adalah MA KUW KWAN, namun oleh Sunan Kudus, dia diberi nama baru yakni Syarif Hidayat. Meski demikian, Sunan Kudus masih sering memanggil dengan nama aslinya, karena dia memang merupakan salah satu santri kesayangan Sunan Kudus.

Guru-guru beliau di antaranya:

  1. Sunan Kalijaga
  2. Sunan Kudus

Lokasi Makam

Lokasi Komplek Makamnya berada di Desa Kedu, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung.

Haul

Haul beliau diperingati tiap tahun pada bulan Sya'ban tahun Hijriah di pelataran makam Ki Ageng Makukuhan Kedu, Temanggung.

Motivasi Ziarah Menurut Syekh An Nawawi al Bantani

1. Untuk Mengingat mati dan Akhirat
2. Untuk mendoakan
3. Untuk mendapatkan keberkahan
4. Memenuhi hak ahli kubur yang diziarahi, seperti ke makam orang tua

Fadilah

Makam Ki Ageng Makukuhan banyak dikunjungi para peziarah dan santri. Tak hanya datang dari wilayah Tuban saja. Banyak peziarah yang datang dari luar kota dan bahkan dari luar Jawa yang makamnya berada di Komplek pemakaman di Desa Kedu.

Ada keyakinan dari masyarakat dan santri yang datang ke sana bahwa dengan berziarah, berdoa dan bertawassul di makam  Ki Ageng Makukuhan, maka akan  kemudahan dalam mencari rezeki, diberi kemudahan dalam kelancaran usaha, dan diberi kemudahan dalam mendapatkan anak sholeh dan sholehah.

Oleh-oleh

Oleh-oleh yang bisa dibeli dan dibawa pulang usai ziarah di Temanggung di antaranya:
Balung kuwuk, Mendut, Ketan gudig, Entho cothot, Keripik Temanggung, Anyaman Mendong, sepatu rajut, gerabah, Batik mliwis, Relief tembaga kuningan.

Raden Fatah adalah pendiri dan raja Demak pertama dan memerintah tahun 1500-1518.
 

Profil

KH. Ahmad Sholeh adalah putra kedua dari KH. Muhammad Nur pendiri Pondok Pesantren Langitan. Beliau lahir di Tuban sekitar tahun 1820 an.  KH. Ahmad Sholeh menikah 1287 Hijriyah dengan Raden Nyai Asriyah, puteri KH. Mukhtar (pengasuh Pondok Pesantren Cepoko, Kabupaten Nganjuk). Dari pernikahan tersebut lahir putera dan puteri diantaranya:

  1. Nyai Shofiyah (dinikahkan dengan KH. Khozin, penerus estafet K.H. Ahmad Sholeh di Pondok Pesantren Langitan)
  2. KH. Dahlan Hasbullah
  3. KH. Adnan
  4. Nyai Sholihah (dinikahkan dengan KH. Zainuddin Mojosari, Kabupaten Nganjuk)
  5. Nyai Khodiyah (dinikahkan dengan KH. Rofi’i Gondanglegi, Kabupaten Nganjuk)
  6. Satu puteri lagi yang dinikahkan dengan KH. Nur Iman (berdomisili di Tuban).

Guru-guru beliau di antaranya:

  1. KH. Muhammad Nur (Ayahanda KH. Ahmad Sholeh)
  2. K.H. Abdul Qodir atau Abdul Qohhar (Pesantren Al-Najiyah Sidoresmo, Surabaya)
  3. K.H. Hasbullah (Pesantren Sambilangan, Madura)
  4. Syekh Nawawi Banten
  5. Syekh Ahmad bin Zaini Dahlan (Imam dan Mufti Mahzab Syafi’i di Mekkah al-Mukaromah)
  6. Syekh Muhammad Al-Muqri
  7. Syekh Muhammad bin Sulaiman Hasbullah Al-Makki
  8. Syekh Ahmad Nahrowi
  9. Sayyid Muhammad Saleh bin Sayyid Abdur Rahman Az-Zawawi
  10. Syekh Zahid, Syekh Umar Asy-Syami
  11. Syekh Yusuf Al-Mishri
  12. Syekh Jamal (Mufti Mazhab Hanafi)

Untuk kelanjutannya tentang Profil beliau silahkan baca di Biografi KH. Ahmad Sholeh

Lokasi Makam

KH.  Ahmad  Sholeh  mengasuh  Pondok Pesantren Langitan, selama kurang lebih 32 tahun. Beliau wafat pada tahun 1320 H./1902 M. dan dimakamkan di  kompleks pesarean di Desa Widang, kurang lebih 400 meter sebelah utara kompleks Pondok Pesantren Langitan.

Haul

Haul beliau diperingati tiap tahun pada bulan Shofar tahun Hijriah di pesantren Langitan Tuban

Motivasi Ziarah Menurut Syekh An Nawawi al Bantani

1. Untuk Mengingat mati dan Akhirat
2. Untuk mendoakan
3. Untuk mendapatkan keberkahan
4. Memenuhi hak ahli kubur yang diziarahi, seperti ke makam orang tua

Fadilah

Makam KH. Ahmad Sholeh banyak dikunjungi para peziarah dan santri. Tak hanya datang dari wilayah Tuban saja. Banyak peziarah yang datang dari luar kota dan bahkan dari luar Jawa yang makamnya berada di Komplek pemakaman di Desa Widang, Tuban.

Ada keyakinan dari masyarakat dan santri yang datang ke sana bahwa dengan berziarah, berdoa dan bertawassul di makam  KH. Ahmad Sholeh, maka akan dibukakan alam pikiran dan hatinya dalam menerima ilmu, Diberi kemudahan dalam mencari rezeki, diberi kemudahan dalam mencari jodoh, dan diberi kemudahan dalam mendapatkan anak sholeh dan sholehah.

Oleh-oleh

Oleh-oleh yang bisa dibeli dan dibawa pulang usai ziarah di Tuban di antaranya:
Cumi Crispy, Kecap Laron, Keripik Gayam, Buah Siwalan, Legen, Terasi Udang, Amplo, Gemblong, Ikan asin Tuban, Kerupuk ikan