Biografi Dr. KH. Muhammad Zubaidi Muslich, Pendiri Ma'had Mamba'ul Hikam Jombang

 
Biografi Dr. KH. Muhammad Zubaidi Muslich, Pendiri Ma'had Mamba'ul Hikam Jombang

Daftar Isi Biografi Dr. KH. Muhammad Zubaidi Muslich

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Riwayat Keluarga
1.3  Nasab
1.4  Wafat
2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1  Guru-guru
3.    Penerus Beliau
3.1  Murid-murid Beliau
4.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
4.    Referensi

 

1.  Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1 Lahir

Dr. KH. Muhammad Zubaidi Muslich lahir pada 1 Juni 1942, di desa Parijatah Kulon, Dusun Melik, Kecamatan Serono, Kabupaten Banyuwangi. Beliau merupakan putra ke empat dari tujuh bersaudara, dari pasangan KH. Muslich dengan Hj. Siti Walijah.

1.2 Riwayat Keluarga

Setelah beliau menyelesaikan pendidikannya, baik pendidikan formal maupun pendidikan non-formal/pondok pesentren, beliau memutuskan untuk berumah tangga. Pada tahun 1972 beliau melepas masa lajangnya dan memperistri Ibu Nyai. Hj Asmah yang berasal dari Jakarta. Keluarga baru ini selanjutnya bertempat tinggal di desa Kwaron.

Dari pernikahan tersebut beliau dikaruniai dua orang putra dan dua orang putri, diantaranya adalah:

  1. Maftuhah Mustikawati ( Pimpinan Pondok Pesantren MMH Putri, dan juga sebagai Kepala Madrasah MA dan Mts Al-Hikam Jombang) 
  2. Muzaiyanah
  3. DR. M. Izzuddin, M. Ag
  4. Ahmad Muzadi, S. Pd. I

1.3 Nasab Beliau

Nasab dari jalur ayah

Asal-usul Drs. KH. M. Zubaidi Muslich dari jalur keturunan ayah ini dapat diketahui sampai pada buyut beliau. Yang mana leluhur beliau adalah golongan orang-orang yang fanatik dalam masalah agama, baik di lingkungan keluarga sendiri maupun lingkungan sekitarnya. Keluarga besar ini hampir seluruhnya adalah pemuka-pemuka agama atau berprofesi sebagai guru agama. Seperti halnya ayah beliau yang dikenal sebagai pendiri Pondok Pesantren Hidayatul Muta’alimin (tahun 1935).

Secara kronologis jalur dari sang ayah ini diawali dari buyut beliau yang bernama KH. Muhammad, beliau dikenal sebagai pemuka agama sekaligus pengajar yang dihormati dan ditaati oleh masyarakat. KH. Muhammad mempunyai anak bernama KH. Hanafi.

Pada perkembangan selanjutnya KH. Hanafi lah yang kemudian meneruskan estafet perjuangan ayahnya, yaitu dalam membimbing, membina dan mengarahkan masyarakat pada kehidupan yang agamis. Kemudian KH. Hanafi mempunyai keturunan bernama KH. Muslich, yaitu ayah dari Drs. KH. M. Zubaidi Muslich. Mengikuti jejak ayah dan kakeknya, KH. Muslich juga dikenal sebagai orang yang disegani masyarakat dan pendiri dari Pondok Pesantren Hidayatul Muta’alimin.

Pada awalnya Pondok Pesantren Hidayatul Muta’alimin hanya sebuah padepokan dan tempat ibadah yang digunakan oleh KH. Muslich sebagai tempat mengaji dan mengajar agama untuk masyarakat setempat. Karena hari demi hari, bulan bahkan tahun demi tahun santri yang mengaji semakin bertambah. KH. Muslich bertekad dan berusaha mendirikan Pondok Pesantren untuk menampung santri-santri yang rumahnya jauh

Sebagai tokoh masyarakat dan pengasuh Pondok Pesantren, beliau mempunyai cita-cita agar Pondok Pesantren yang didirikannya dapat berkembang dan diteruskan oleh putra putrinya. Maka beliau memondokkan putra-putrinya agar mereka dapat menjadi kader-kader penerus perjuangannya dalam menegakkan dan menyebarkan agama Islam di masyarakat.

Nasab dari jalur Ibu

Asal-usul Drs. KH. M. Zubaidi Muslich dari jalur ibu ini sampai pada Pangeran Diponegoro bahkan ada percampuran dengan orang bugis, hanya saja beliau mengetahuinya sampai buyut saja.

Drs. K.H. M. Zubaidi Muslich mempunyai buyut bernama Sudarso. Beliau adalah orang yang sangat disegani dan terpandang karena beliau adalah tokoh dan pengajar di kalangan masyarakat. Beliau mempunyai anak bernama H. Toyyib. Sebagai seorang anak dari tokoh agama, ia sangat diperhatikan sekali masalah pendidikan agamanya, sehingga kelak ia menjadi anak yang sholeh dan menjadi penerus perjuangan ayahnya. Dari pendidikan agama yang diperolehnya dari ayah dan guru-guru beliau di Pondok Pesantren beliau tampil sebagai guru agama dan tokoh masyarakat. Dan satu hal lagi yang ada pada diri beliau, yaitu beliau memiliki keahlian dibidang ilmu kanuragan hanya saja tidak banyak orang yang tahu. Dari perkawinannya baliau mempunyai seorang putri bernama Hj. Walijah, yaitu ibunda Drs. K.H Zubaidi dan saudara-saudara kandung yang berjumlah 7 orang. diantara urut-urutan putra-putri dari pari perkawinan K.H. Muslich dengan Hj. Siti Walijah ini, yaitu :

  1. Na’imah.
  2. KH. Nizar, beliau adalah pengasuh Pondok Pesantren Hidayatul Muta’alimin dan pensiunan kepala KUA Banyuwangi.
  3. Zarkasyi (Alm), beliau adalah seorang guru agama.
  4. Drs. KH. M. Zubaidi Muslich, beliau adalah pengasuh Pondok Pesantren Mamba’ul Hikam Jombang.
  5. Drs. KH. Baidlowi Muslich, beliau adalah pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Huda Gading, Malang dan menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia Kota Malang.
  6. Hunainah.
  7. Muhtarom.

Dilihat dari kedua jalur keturunan ini, KH. M. Zubaidi Muslich adalah sosok yang dibesarkan dari lingkungan keluarga yang berjiwa juang dalam hal menegakkan dan menyiarkan agama Islam, baik mereka yang berkiprah di dunia pendidikan, pesantren, masyarakat maupun di lembaga-lembaga pendidikan formal.

1.4 Wafat

Dr. KH. Muhammad Zubaidi Muslich wafat pada 15 November 2011

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau

Dr. KH. Muhammad Zubaidi Muslich memulai pendidikannya dengan belajar di Sekolah Rakyat (SR), pada tahun 1952. Setelah lulus dari sekolah rakyat beliau melanjutkan ke Sekolah Keguruan atau Pendidikan Guru Agama, pada tahun 1957.

Kemudian setelah lulus dari sekolah keguruan, beliau melanjutkan ke Madrasah Aliyah Tebuireng-Jombang, pada tahun 1962. Lalu sSetelah lulus dari Madrasah Aliyah, beliau melanjutkan kuliah di UNHASY (Universitas Hasyim Asy’ari, sekarang IKAHA atau Institut KeIslaman Hasyim Asy’ari), pada tahun 1966-1971 dengan menyandang gelar sarjana muda.

Beliau kemudian mengikuti program kuliah Doktoral sebagai kelanjutan untuk mencapai kesarjanaan lengkap, pada tahun 1989 dan berhasil diselesaikan pada tahun 1993

Sebagaimana yang telah dikemukakan, bahwa lingkungan keluarga Dr. KH. M. Zubaidi Muslich adalah lingkungan keluarga yang kental dengan nilai-nilai Islam, maka tidak mengherankan jika pendidikan agama telah diperolehnya sejak kecil, yaitu di lingkungan keluarga ataupun lembaga-lembaga pengajian. Setelah beliau mencapai usia sekolah, beliau belajar di Sekolah Rakyat (SR) dan tamat, sang ayah kemudian mengirimnya kelembaga-lembaga pendidikan Islam terutama pondok pesantren. Di antara lembaga pendidikan Islam non-formal/pondok pesantren tersebut adalah :

  1. Pondok Pesantren Pekauman (Banyuwangi Kota), dari tahun 1957-1960. Beberapa tahun beliau di pondok pesantren ini, beliau merasa ilmu yang diperolehnya belum cukup kemudian beliau meneruskan ke pondok pesantren yang lain.
  2. Pondok Pesantren Bustanul Ma’mur (Genteng Banyuwangi), pada tahun 1961.
  3. Pondok Pesantren Tebuireng Jombang pada tahun 1962-1964.
  4. Pondok Pesantren Lasem-Rembang (KH. Ma’sum) pada tahun 1964.
  5. Pondok Pesantren Tretek-Pare (Kediri), pada tahun 1965. Di Pesantren tersebut beliau khusus mengaji dan mengkhatamkan Kitab Ihyaa Ulumuddin dan Shoheh Bukhori.
  6. Pondok Pesantren Khoiriyah Hasyim, Jombang, pada tahun 1966-1971.

2.1 Guru-guru Beliau

Guru-guru beliau di antaranya adalah:

  1. KH. Masdullah
  2. Kyai Harus
  3. Kyai Suhini
  4. Kyai Nawawi
  5. Kyai Syarifuddin
  6. Kyai Abdillah. Kesemuanya adalah guru-guru yang mengajar selama beliau belajar di Pondok Pesantren Pekauman (Banyuwangi).
  7. KH. Junaidi, beliau adalah guru Dr. KH Muhammad Zubaidi Muslich selama belajar di Pondok Pesantren Bustanul Ma’mur(Genteng Banyuwangi).
  8. KH. Idris Kamali
  9. KH. Adlan Aly
  10. KH. Syansuri
  11. KH. Shobari
  12. KH. Abdul Fatah
  13. Nyai Hj. Choiriyah Hasyim
  14. KH. Samsu, semua ini adalah guru-guru beliau semasa beliau di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang.
  15. KH. Mbah Ma’sum, beliau adalah guru Dr. KH Muhammad Zubaidi Muslich ketika di Pondok Pesantren Lasem Rembang.
  16. KH. Usman Mansur
  17. KH. Mahfud Anwar
  18. KH. Kholil
  19. Prof. Tengku Ismail Yaqul

3. Penerus Beliau

3.1 Murid-murid Beliau

  1. KH Miftahul Huda Thohir, tokoh ulama muda dari Gresik
  2. KH Marhusin Arsy (Ciganjur)
  3. Wawan Saifuddin (Ciganjur)
  4. KH. Irfan Zidni Wahab Al-Hasiib, Pendiri Lembaga Falak Ruhani Al-Hikam Jakarta 
  5. Andi Syafroni (Ciputat) yang juga dosen di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Perjalanan Hidup dan Dakwah Beliau

Ma’had Mambaul Hikam yang lebih dikenal dengan nama MMH di sekitar wilayah Tebuireng didirikan oleh KH M Zubaidi Muslich, putra KH Muslich Hanafi asal Banyuwangi. Kakaknya yang bernama KH Baidhowi Muslich juga mendirikan Pesantren Gading di Malang, sedangkan pondok orang tuanya dilanjutkan oleh saudaranya yang lain, yakni KH Nizar Muslich.

Dr. KH. M. Zubaidi Muslich memulai karirnya sebagai pengajar dan pendidik pada tahun 1966 di Madrasah Tsanawiyah Seblak dengan bidang studi literatur buku atau kitab kuning. Beliau diangkat dan percaya langsung oleh Ibu Nyai Hj. Choiriyah Hasyim. Pada tahun yang sama beliau masih menyelesaikan program sarjana muda di Universitas Hasyim Asy’ari –Tebuireng, Jombang .

Pada tahun 1968 beliau di angkat menjadi Kepala Sekolah di madrasah yang sama. Karena keberhasilan dan didekasi beliau yang tinggi dalam memimpin madrasah. Pada tahun 1970, beliau diberi kepercayaan dan diangkat menjadi Kepala Sekolah Madrasah Aliyah.

Selain mengajar dan menjadi Kepala Sekolah di Madrasah Aliyah Seblak, beliau juga menjadi tenaga pengajar di Madrasah Aliyah Tebuireng dan dosen tetap di Institut Keislaman Hasyim Asy’ari di Fakultas Tarbiyah.

Pada dasarnya untuk menjadi tenaga pengajar bukanlah hal yang mudah karena seseorang harus mempunyai pengetahuan baik dalam bidang agama maupun dalam bidang pengetahuan umum yang benar-benar mumpuni atau luas wawasan.

Jika seseorang ingin menjadi guru agama di madrasah dengan kurikulum mayoritas memakai kitab-kitab kuning, paling tidak seseorang harus menguasai atau paham akan kitab-kitab Islam klasik. Kemampuan seperti ini telah dimiliki oleh Dr. KH. M. Zubaidi Muslich, karena sejak kecil beliau berada dalam lingkungan yang agamis yang penuh dengan gemblengan ajaran agama dan didukung pula dengan kehidupan pendidikan pondok pesantren.

Maka tidak heran jika beliau cukup menguasai kitab-kitab Islam klasik dan dipercayai untuk mengajar di lembaga-lembaga pendidikan formal yang mayoritas kurikulumnya menggunakan kitab-kitab Islam klasik. Sampai sekarang beliau masih menjadi pengajar di beberapa lembaga pendidikan formal.

Pendirian MMH merupakan “perintah” dari guru-gurunya saat beliau nyantri di Tebuireng, antara lain KH Idris Kamali, KH Adlan Aly, dan Bu Nyai Hj Choiriyah Hasyim, agar tidak pulang kembali ke pondok yang diasuh oleh ayahnya di Banyuwangi, namun berkhidmah di Tebuireng.

Selain berkhidmah di Madrasah Tebuireng dan Madrasah Salafiyah Syafiyah Seblak, Kyai yang akrab dipanggil Buya Zubaidi ini dikenal sebagai sosok pendidik yang sangat kharismatik. Di sekitar Tebuireng, ia adalah sosok Kyai yang disegani, meski bukan merupakan pengasuh di Pondok Tebuireng.

Bahkan dalam setiap kegiatan besar yang digelar oleh Ponpes Tebuireng dan sekitarnya, Buya Zubaidi selalu diminta untuk menjadi pembaca doa di hadapan para Kyai yang hadir. Semasa hidupnya, beliau pernah dipercaya juga sebagai Ketua MUI Kecamatan Diwek dan menjadi salah satu tokoh ulama yang disegani karena keilmuan fikihnya.

Di tengah masyarakat sekitar, beliau menjadi tempat bertanya terkait dengan berbagai persoalan yang dihadapi warga. Ketokohan Buya Zubaidi, sapaan akrab beliau, diceritakan oleh para alumni beliau, KH Miftahul Huda Thohir, tokoh ulama muda dari Gresik, yang merupakan alumni angkatan pertama MMH menyampaikan bahwa Buya merupakan sosok inspiratif bagi dirinya ketika saat ini beliau pun menjadi pengasuh pesantren yang baru didirikannya di Gresik. “Buya adalah sosok yang tidak pernah marah kepada santrinya. Selalu ramah dan bijak.

Ketika menghadapi santri-santri yang mbeling sekarang dan hendak marah, saya selalu ingat pada Buya. Hingga akhirnya emosi saya bisa terkendali,” ujar KH Miftahul Huda dalam tausiyahnya. Seorang alumni lainnya dari Pondok Pesantren Putri Seblak bercerita bahwa sosok Buya adalah pengajar yang sangat kharismatik dan disegani. “Ketika ingat kalau Buya akan mengajar dan masuk kelas, tidak ada satupun murid di kelas yang bersuara. Kelas menjadi hening, padahal Buya belum masuk kelas. Baru mendengar namanya saja, kelas sudah menjadi sunyi seketika”, papar alumni yang menyatakan nyantri di Seblak pada periode 1978 hingga 1984.

Kini Mambaul Hikam dan Madrasah Al-Hikam diasuh oleh anak-anak Buya Zubaidi, antara lain KH M Irfan, S.Ag., MHI. dan Kyai A Izzuddin, SHI., MHI. Sementara itu, KH Marhusin Arsy, salah seorang alumni asal Ciganjur Jakarta Selatan dalam sambutannya mengingatkan para santri agar melihat penerus Buya sama seperti Buya saat hidup. “Meski Buya sudah tiada, penerus beliau adalah satu silsilah ilmu dengan beliau. Jadi sama saja. Apalagi kita yakin bahwa guru yang tiada tetap akan mendoakan santri-santrinya. Jadi, jangan lupa untuk tetap terus berdoa untuk guru kita,” pesan Kyai Marhusin.

Aktifitas Dr. KH. M. Zubaidi Muslich selain dalam bidang pendidikan, beliau juga aktif dalam bidang dakwah Islamiyah. Kegiatan dakwah ini sudah dilakukannya sejak menetap di desa Kwaron Diwek Jombang, baik berupa ceramah maupun pengajian-pengajian rutin. Sampai saat ini beliau masih mengajar di desa tersebut dan tempat-tempat yang lain.

Di antara aktifitas dakwah beliau adalah :

Memberikan pengajian-pengajian rutin, yaitu pada setiap hari Kamis, pengajian ini khusus di masyarakat.

Memberikan ceramah-ceramah, baik pada hari-hari besar Islam yang di selenggarakan oleh masyarakat dan pondok pesantren maupun ceramah atas untuk undangan dari orang lain.

Setelah sekian tahun beliau dan keluarga menetap di desa Kwaron, beliau hijrah ke desa Jatirejo yang kelak merupakan cikal-bakal berdirinya Pondok Pesantren Mamba'ul Hikam (MMH). Pada masa awal beliau tinggal di desa Jatirejo ini, kondisi kehidupan keagamaannya masih sangat kurang, sehingga beliau tergerak untuk melakukan dakwah dan pemantapan keagamaan masyarakat Jatirejo, yaitu dengan cara dakwah bil lisan, dakwah bil fi’li dan dakwah bil hal. Beliau mengadakan pengajian-pengajian dan ceramah-ceramah pada setiap kesempatan dan ketika ada acara-acara yang diselengarakan oleh masyarakat.

Hingga saat ini beliau masih konsisten melakukan dakwah Islam di masyarakat. Semua ini karena didasari oleh ruhul jihad yang tertanam dalam jiwa beliau sejak belia.

5. Referensi

  1. https://www.nu.or.id/pesantren/mengenal-kh-zubaidi-muslich-pendiri-mmh-jombang-nHB6w
  2. https://mambaulhikam.org/
 

Lokasi Terkait Beliau

List Lokasi Lainnya