Rasulullah Pernah Diracun, Tapi Tak Pernah Membalas

 
Rasulullah Pernah Diracun, Tapi Tak Pernah Membalas

LADUNI.ID, Jakarta - Suatu saat, seorang wanita berencana untuk pergi Nabi dengan persetujuan melepaskan. Waktu itu wanita Yahudi ini mengirimi masakan daging kambing untuk Nabi.

Tanpa rasa curiga pada wanita itu, Nabi pun mengajak para sahabat yang lain untuk makan berayan bersama Nabi. Sahabat Nabi Bisyr bin al-Barra sudah lebih dulu menerimaap makanan yang dihadangkan dari Nabi dan para sahabat yang lain. Nabi memiliki firasat buruk setelah menyetujui berapa banyak suap yang disediakan wanita Yahudi itu. Firasat itu ternyata benar, kambing yang dihadiahi sudah lebih dulu dimiliki oleh wanita Yahudi tadi. Bekas racun itu pun sampai membekas berwarna merah di dalam mulut Nabi.

Allah masih menyelamatkan nyawa Nabi sampai beliau mampu membuat Islam berkembang pesat dan kita rasakan sampai saat ini. Otomatis sahabat yang sangat suka Nabi sangat geram dan ingin membunuh wanita Yahudi yang meracuni tadi. “Ala naqtuluha, apakah kami bisa membunuhnya, Nabi?” “La, jangan lah. Mari kita tabayun dulu, ”begitu nasihat Nabi pada para sahabat. Nabi punah datangi wanita itu untuk meminta firasatnya tentang diundang tadi. "Jika Anda benar-benar Nabi pasti racun yang saya bubuhi tidak akan merugikan Anda," jawab wanita itu saat menentang Nabi.

Karena sudah mendengar jawaban wanita itu, Nabi pun menjawab pertanyaan begitu saja. Namun, beberapa waktu kemudian, sahabat Nabi Bisyr bin al-Barra terenggut nyawanya mulai bermunculan. Porsi kambing yang dikonsumsi sudah terlalu banyak masuk ke lambungnya. Mengetahui hal itu, Nabi pun akhirnya memasrahkan kepada keluarga Bisyr bin al-Barra atas perbuatan perempuan Yahudi tersebut. Keluarga Bisyr tak memaafkan pembunuhan yang dilakukan wanita Yahudi tadi. Sebagai hakim yang adil, akhirnya Nabi pun menghukum perempuan Yahudi dengan hukuman yang setimpal sesuai dengan perbuatannya.

Pelajaran yang perlu diteladani dalam kisah di atas, Nabi tidak perlu membalas dendam yang dilanggar, bahkan yang dilakukan orang lain dilawan, ditambah pelakunya adalah non-Muslim yang dikeluarkan tidak memunculkan agama Islam yang penuh kasih sayang. Nabi memilih memaafkan dan membiarkan orang yang terluka sadar di kemudian hari. Kisah di atas dalam beberapa kitab hadis yang satu dengan yang lain saling melengkapi. Di antara kitab hadis itu adalah Sahih al-Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Abu Daud, dan lain sebagainya.


Artikel ini ditulis oleh Ibnu Kharis, Ibnu Kharis adalah alumnus Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti Ilmu Hadis di El Bukhori Institute. Sumber: islami.co