Ngaji Budaya: Udeng Ikat Tradisional dan Filosofinya

 
Ngaji Budaya:  Udeng Ikat Tradisional dan Filosofinya

LADUNI.ID, Depok -  Dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda serta memaknai keberagaman serta kearifan lokal, Lesbumi Kota Depok bekerja sama dengan Komunitas Tepo Sliro mengadakan Ngaji Budaya: “Udeng Ikat Tradisional dan Filosofinya”. Ngaji Budaya diselenggarakan di Roemah Batoe, Sawangan, Kota Depok (1/11).

Inisiatif Ngaji Budaya: Udeng Ikat Tradisional dan Filosofinya didasari bahwa banyak berbagai bentuk Udeng Ikat Tradisional di Indonesia, namun sangat jarang orang yang mengerti fungsi dan filosofinya. Oleh karenanya perlu ada transfer knowledge khususnya kepada generasi muda.

Menurut Kang Ade yang juga duduk sebagai Sekretaris Lesbumi Kota Depok, “Ngaji Budaya dimaksudkan agar masyarakat mencintai dan melestarikan kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di Nusantara. Serta mensyukuri anugerah dan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, Allah Swt atas apa yang diberikan di Bumi Indonesia”.

Pemateri Ngaji Budaya, Romo Donny R Ranoewidjojo menyampaikan bahwa Udeng Ikat Tradisional di Indonesia memiliki filosofi yang berbeda dari tiap bentuknya. Pada awalnya Udeng Ikat Tradisional digunakan oleh masyarakat digunakan agar keringat tidak jatuh ke mata. Hal ini didasari karena Nusantara beriklim tropis yang kecenderungannya mudah berkeringat.

Kemudian terkait dengan sejarah, fungsi, dan filosofisnya. Fungsi Udeng Ikat Tradisional juga dipengaruhi letak atau wilayah geografisnya, misalnya Udeng Ikat Tradisional di wilayah pantai memiliki kecenderungan tidak menutupi telinga dalam pemakaiannya. Namun, akan sebaliknya jika yang berada di wilayah pedalaman atau pegunungan.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN