Wisata Religi dan Ngalap Berkah di Makam Sunan Giri Wasiyat

Memperoleh Donasi Sebesar : Rp 0. Donasi Sekarang
 
Wisata Religi dan Ngalap Berkah di Makam Sunan Giri Wasiyat

Seperti beberapa wilayah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang lainnya, Kabupaten Banjarnegara juga menawarkan tempat wisata yang sangat beragam. Salah satunya Makam Sunan Giri Wasiyat yang berada di Desa Dagan, Bondolharjo, Kec. Punggelan, Kab. Banjarnegara, Jawa Tengah. Beliau adalah salah satu wali penyebar agama Islam yang diutus ayahnya Sunan Giri menyebarkan agama Islam di wilayah Jawa Tengah bagian barat.

Selalu ada peziarah yang datang ke makam Sunan Giri Wasiyat, mereka datang dari berbagai daerah, bahkan ada yang berasal dari luar Jawa. Makam dan petilasannya masih terawat hingga sekarang, niat dan tujuannya beragam, sesuai kehendak masing-masing berziarah di makam ini.

Asal-usul Nama Sunan Giri Wasiyat
Nama Sunan Giri Wasiyat memang terdengar asing ditelinga kita semua. Dibandingkan dengan nama-nama seperti Sunan Kalijaga, Sunan Gunung Jati, ataupun Sunan-Sunan lain yang masuk dalam predikat Walisongo, nama Sunan Giri Wasiyat memang masih jarang yang tahu. Namun meskipun begitu, peran Sunan Giri Wasiyat dalam menyebarkan kawruh agama Islam tidak bisa dibilang sepele.

Sunan Giri Wasiyat adalah putra kedua dari Sunan Giri. Kakaknya bernama Prabu Jaka, sementara adiknya bernama Sunan Gripit dan Nyai Sekati. Sunan Giri Wasiyat bersama kedua adiknya bertugas menyebarkan agama islam di wilayah Pulau Jawa bagian tengah. Dan salah satu yang menjadi tempatnya menyebarkan agama islam yaitu di wilayah yang sekarang bernama Banjarnegara.

Alkisah, pada suatu pengembaraannya, beliau sampailah di daerah Banjaranyar, Pekuncen. Disana beliau bertemu dengan Kyai Ageng Maliu, salah satu tokoh besar di daerah tersebut dan menikahkan putrinya dengan Kyai Ageng Maliu. Di daerah tersebut Sunan Giri Wasiyat mengajarkan kawruh agama islam.

Selanjutnya Sunan Giri Wasiyat melanjutkan perjalanan ke desa Sembada Karya yang dipimpin Kyai Mertadiwangsa, dan mendirikan Pondok Pesantren disana. Sunan Giri Wasiyat meninggalkan sebuah masjid di dusun Dagan, desa Bondolharjo Kec Punggelan, dan Sunan Giri Wasiyat akhirnya ketika meninggal dimakamkan di atas bukit sebelah utara Masjid Dagan.

Selain meninggalkan peninggalan sebuah masjid, Sunan Giri Wasiyat juga meninggalkan sebuah jubah dan dhingklik yang sampai sekarang masih dijaga oleh juru kunci makam. Namun sayang, untuk bangunan masjid, karena usia yang sudah tua, bangunan menjadi lapuk dan rentan roboh. Atas dasar tersebut dan rembugan antar warga, masjid Dagan dipugar dan menjadi masjid baru yang megah.

Ada keanehan yang terjadi dari barang-barang peninggalan Sunan Giri Wasiyat.Disebutkan, warna jubah masih bagus dan berbau wangi. Keanehan lain, ketika suatu saat dicuri orang, barang-barang tersebut dikembalikan lagi oleh pelaku. Padahal, tidak satupun warga mengetahui kejadian tersebut karena tidak ada kerusakan pada tempat penyimpanan.

Kuliner dan Oleh-oleh Banjarnegara

1. Dawet Ayu
Dawet ayu adalah minuman khas dari Kabupaten Banjarnegara. Dawet ayu mudah ditemukan di pasar-pasar tradisional. Es Dawet ayu asli khas Banjarnegara lezat serta segar dan sangat cocok diminum pada cuaca panas, es dawet dapat diminum panas atau pun dingin dengan menambahkan
es batu.



2. Soto Krandegan

Soto Banjarnegara atau yang lebih dikenal oleh orang Banjarnegara yaitu soto Krandegan merupakan soto yang unik. Berbeda dengan soto-soto lainnya sperti soto bancar dan soto sokaraja yang merupakan kombinasi kuah bening dan kacang tanah, soto grombyang yang hitam pekat karena kluwek, soto bangkong karena kuah beningnya, ataupun soto kudus dengan khas daging kerbaunya.

Soto Banjarnegara berkuah kuning sekilas mirip dengan opor, tapi setelah anda merasakannnya rasanya jauh berbeda dengan opor. Kombinasi kuah kuning dengan santan yang dicampur dan direbus dengan tulang-tulang dan daging sapi menambah gurihnya soto tersebut.

Cara penyajiannya biasanya dimakan menggunakan ketupat, lalu ketupat tersebut diguyur dengan kuah santan, tidak lupa ditambahkan taoge muda, irisan daun bawang, dan bawang goreng yang menambah sedapnya soto tersebut. Tidak lupa irisan daging sapi yang tadi di rebus bersama kuah soto ditambahkan.



3. Buntil

Buntil adalah makanan tradisional Jawa berupa "parutan daging kelapa yang dicampur dengan teri dan bumbu-bumbu, dibungkus daun pepaya, kemudian direbus dalam santan. Makanan ini biasa sebagai lauk untuk nasi.




4. Combro

 Combro ini adalah cemilan khas berbentuk keripik dari Banjarnegara. Makanan berbahan dasar singkong ini sangat nikmat jika disajikan dengan cabai rawit atau es teh manis, lho. Di Banjarnegara ada begitu banyak tempat produksi combro diantaranya adalah Argasoka, Kalipalet dan Karangrengah.


5. Salak Pondoh Banjarnegara
Kabupaten Banjarnegara terkenal dengan penghasil Salak Pondoh. Rasanya yang manis dan buahnya yang besar menjadi keunggulan. Pusat penghasil salak pondoh terdapat di Kecamatan Banjarmangu, Kecamatan Madukara dan Kecamatan Pagetan. Jika ingin membeli salak pondoh Banjarnegara bisa datang ke jalan raya Sigaluh.
 



6. Mendoan

Tempe Mendoan adalah sejenis masakan tempe yang terbuat dari tempe yang tipis, dan digoreng dengan tepung sehingga rasanya gurih dan renyah. Secara tradisional di wilayah Banjarnegara, tempe yang digunakan untuk mendoan adalah jenis tempe bungkus yang lebar tipis, satu atau dua lembar perbungkus. Akan tetapi tempe mendoan juga dapat dibuat dari tempe biasa yang diiris tipis-tipis namun lebar.

7. Manisan Carica
Manisan carica merupakan makanan khas dari daerah dataran tinggi Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah. Bahan utama manisan adalah buah carica. Selain rasanya yang enak, segar dan unik, carica juga mengandung kalsium, vitamin A, vitamin B komplek, vitamin C dan vitamin E.



8. Purwaceng

Purwaceng adalah minuman khas Dieng yang dibuat dari rebusan tanaman Purwaceng (Pimpinella pruatjan), species yang hampir punah ini hanya tumbuh di kawasan Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah. Purwaceng sejak jaman raja-raja Jawa dahulu dikenal sebagai pendongkrak stamina dan pengobar gairah seksual. Inilah yang membuat Purwaceng juga dikenal sebagai viagra tradisional.

Rasanya pedas seperti air jahe, sensasi ini dihasilkan oleh akar dan bijinya. Purwaceng sangat cocok disajikan selagi hangat dan diminum  dalam cuaca dingin, seperti yang setiap hari terjadi di Dieng.