Pesantren al-Urwatul Wustqo Jombang

 
Fasilitas di Lembaga ini :
Nama FasilitasJumlah Nama FasilitasJumlah
MI/SD1 MTS/SMP1
MA/SMA2 Maly/Univ.1
Tahfidz0 Laboratorium1
Poli Kesehatan1 Koperasi1
Pesantren al-Urwatul Wustqo Jombang

PROFIL

Pondok Pesantren al-Urwatul Wutsqo terletak di Jalan KH. M. Ya’qub Husein Po. Box. 011 Desa Bulurejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang, kurang lebih 12 km arah selatan dari Kota Jombang. Pondok Pesantren yang mempunyai prinsip‚ bebas biaya bagi santri yang belum dimampukan oleh Allah‛ ini memiliki fokus pembelajaran pada pembelajaran tasawuf di semua praktiknya dan pesantren yang terbilang cukup ‚unik‛ ini lebih dikenal masyarakat dengan sebutan ‚Pondok UW‛ yang diambil dari inisial nama lembaganya yaitu, al-Urwatul Wutsqo.

SEJARAH

KH. M. Ya’qub Husein merupakan pendiri Pondok Pesantren alUrwatul Wutsqo Jombang. KH. M. Ya’qub Husein yang masa kecilnya bernama Soedjono merupakan sosok pemimpin yang berasal dari golongan keluarga ‚abangan‛, yaitu keluarga yang awam dalam persoalan agama Islam yang hidup di tengah masyarakat Indonesia sebagaimana pada umumnya pada masa itu, yaitu Islam adat.

Soedjono yang selanjutnya menjadi KH. M. Ya’qub Husein, menamatkan sekolah dasar yang saat itu bernama Sekolah Rakyat (SR) di Desa Blimbing Kecamatan Gudo yang berjarak tempuh sekitar 5 km arah selatan dari Desa Bulurejo dengan berjalan kaki setiap hari. Kemudian beliau melanjutkan menimba ilmu agama dan mondok di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang yang berjarak kurang lebih 3 km arah barat dari Desa Bulurejo, di bawah asuhan KH. Hasyim Asy’ari yang tidak lain adalah kakek dari Presiden ke-5 Republik Indonesia, KH. Abdurrahman Wahid yang kita kenal sebagai Gus Dur dan merupakan pendiri Jam’iyah Nahdlatul Ulama’ (NU), sebuah organisasi kemasyarakatan terbesar di Indonesia.

KH. M. Ya’qub Husein ini tinggal di Pondok Pesantren Tebuireng hingga dewasa dan kemudian diangkat menjadi Kepala Sekolah di Madrasah Salafiyah Syafi’iyah Tebuireng oleh KH. Hasyim Asy’ari yang ketika itu dikenal dengan sebutan mantri guru. Pada tahun 1946, satu tahun setelah Indonesia merdeka, Mbah Hasyim (begitu panggilan KH. Hasyim Asy’ari) memberikan mandat pada para santrinya yang telah mengajar di Pondok Pesantren Tebuireng, di antaranya KH. Mansur (Pendiri Pondok Pesantren Tarbiyatun Nasyi’in, Pacul Gowang Jombang), KH. Adlan Aly (Pendiri Pondok Pesantren Walisongo, Cukir Jombang), serta K.H. M. Ya’qub Husein untuk pulang ke desanya masing-masing dan mendirikan lembaga pendidikan di sana.

Sekembalinya KH. M. Ya’qub Husein ke desa tempat kelahirannya, beliau mengadakan kegiatan pengajian al-Qur’an serta kitab-kitab kuning yang diselenggarakan di sebuah bangunan musholla yang terletak di depan rumahnya di Desa Bulurejo. Kemudian pada tahun 1955 Masehi, musholla tersebut beralih fungsi menjadi Masjid dan dijadikan sebagai tempat pelaksanaan Shalat Jum’at bagi warga desa setempat. Baru pada tahun 1965 Masehi, KH. M. Ya’qub Husein mulai mendirikan lembaga-lembaga pendidikan formal di sekitar bangunan Masjid, di antaranya Madrasah Ibtidaiyah (MI) al-Urwatul Wutsqo dengan jenjang pendidikan 6 tahun untuk pendidikan dasar.

Kemudian pada tahun 1969 Masehi beliau mendirikan Madrasah Muallimin dengan jenjang pendidikan 4 tahun yang dikenal sebagai Sekolah Guru, murid-murid yang melanjutkan ke jenjang pendidikan ini disiapkan untuk mengajar di sekolah-sekolah agama Islam. Dan pada tahun 1980 Masehi Madrasah Muallimin dengan jenjang pendidikan 4 tahun ini dirubah menjadi Madrasah Tsanawiyah (MTs) dengan jenjang pendidikan 3 tahun dan Madrasah Aliyah (MA) dengan jenjang pendidikan 3 tahun yang semuanya diasuh oleh KH. M. Ya’qub Husein di bawah naungan Yayasan Muhammad Ya’qub, sebagaimana nama pendirinya.

Dan pada tanggal 23 Januari 1976, K.H. M. Ya’qub Husein wafat di usia 60 tahun. Kemudian kepemimpinan berikutnya dilanjutkan oleh putra pertama beliau, yaitu KH. Drs. Muhammadu Ya’qub. Pada periode ini banyak diadakan pembangunan gedung-gedung sarana fisik pesantren, seperti lokal kelas madrasah, ruang-ruang pertemuan bagi guru, kamarkamar bagi santri yang mukim, serta meningkatkan aktivitas madrasah.

Namun pada tahun 1990, Drs. KH. Muhammadu Ya’qub yang juga memiliki jabatan sebagai Pengawas Madrasah di Kementerian Agama Kabupaten Jombang dipindatugaskan oleh pemerintah setempat untuk menjadi Pengawas Madrasah di Departemen Agama RI Kabupaten Lamongan, sehingga estafet kepemimpinan Pondok Pesantren al-Urwatul Wutsqo dilanjutkan oleh putra KH. M. Ya’qub Husein yang ke-7, yaitu Gus Qoyim yang tak lain adalah adik kandung beliau.

Pada periode ini, Pondok Pesantren al-Urwatul Wutsqo Jombang mengembangkan kegiatan formal serta non formal, kegiatan tarekat keislaman yang dilaksanakan di pesantren ini selanjutnya dikenal sebagai Tariqah Shadiliyyah alMas’udiyyah, pada periode ini pula Gus Qoyim melakukan perluasan pesantren dengan mendirikan unit pendidikan lain mulai jenjang awal seperti kelompok belajar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Primaganda, Taman Kanak-kanak (TK) Primaganda, Raudlatul Athfal al-Urwatul Wutsqo (RA-UW) 1, 2, dan 3.

Kemudian dilanjutkan ke jenjang sekolah menengah, antara lain Madrasah Tsanawiyah al-Urwatul Wutsqo (MTsUW), Madrasah Aliyah al-Urwatul Wutsqo (MA-UW), Sekolah Menengah Atas (SMA) Primaganda, termasuk mendirikan perguruan tinggi yang diberi nama Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) al-Urwatul Wutsqo, serta mengadakan kegiatan Kewirausahaan (yang dikenalkan oleh Gus Qoyim sebagai kegiatan‚ Amal Shaleh‛ kepada para santrinya) yang hasilnya memiliki nilai jual ekonomi di masyarakat untuk kemudian dapat dimanfaatkan oleh pesantren kembali sebagai bekal dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari para santri mengingat Pondok Pesantren al-Urwatul Wutsqo memang memiliki jargon ‚Pesantren Bebas Biaya‛ yang menjadikan kegiatan kewirausahaan tersebut sebagai salah satu kegiatan yang dapat membantu kebutuhan ekonomi pesantren.

Adapun karena memiliki nilai jual ekonomi, maka kemudian kegiatan Amal Shaleh yang dilaksanakan oleh para santri tersebut kemudian dikategorikan sebagai kegiatan wirausaha atau entrepreneurship, yang kegiatan pendidikannya dalam berwirausaha (yang akan dibahas pada bab selanjutnya) disebut sebagai edupreneurship (pendidikan kewirausahaan), karena hasil yang diperoleh dari kegiatan tersebut selain memiliki nilai ekonomi juga dilaksanakan sebagai bentuk pembelajaran kemandirian bagi para santri dalam menimba ilmu di Pesantren.

Pengasuh

  1. KH. M.Ya’qub Husein  tahun 1946 hingga 1976
  2. Drs. KH. Muhammadu Ya’qub, tahun 1976 hingga 1990
  3. Drs. KH. M. Qoyim Ya’qub, tahun 1990 hingga 2020
  4. Dra Hj. Chumaidah Syc

PENDIDIKAN

​​Pendidikan Formal

  1. Madrasah Ibtidaiyah (MI) al-Urwatul Wutsqo
  2. Madrasah Tsanawiyah al-Urwatul Wutsqo (MTs UW)
  3. Madrasah Aliyah al-Urwatul Wutsqo (MA-UW)
  4. Sekolah Menengah Atas (SMA) Primaganda
  5. Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) al-Urwatul Wutsqo

​​Pendidikan Non Formal

  1. TPQ
  2. Madrasah Diniyah (MD)
  3. Majelis Taklim 

EKSTRAKURIKULER

Pesantren ini memiliki Ekstrakurikuler sebagai berikut:

  1. Pramuka
  2. Paskibra
  3. Palang Merah Remaja (PMR)
  4. Basket
  5. Sepakbola
  6. Voli
  7. Futsal
  8. Sains Club
  9. English Club
  10. Arabic Club
  11. Seni Musik Islami (Seni Hadroh)
  12. Pencak Silat
  13. Badminton
  14. Tenis Meja
  15. Kaligrafi
  16. Marching Band


Hadrah di pesantren  al-Urwatul Wustqo


Pramuka di pesantren  al-Urwatul Wustqo

FASILITAS

Pesantren ini memiliki fasilitas sebagai berikut:

  1. Masjid
  2. Gedung asrama pondok
  3. Gedung sekolah
  4.  Lab. Bahasa
  5.  Lab. Komputer
  6.  Lab IPA
  7.  Ruang Perpustakaan
  8. Ruang Multimedia
  9. Perpustakaan
  10.  Sarana Olahraga 
  11.  Klinik/Poskestren
  12.  Aula
  13. Hotspot Area


Gedung Kampus STIT di pesantren  al-Urwatul Wustqo


Gedung pesantren di pesantren al-Urwatul Wustqo

ALAMAT

Desa Gebang, Kelurahan Bulurejo, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Provinsi Jawa Timur

Kode Pos       :   61471

Telepon          :  (0321)7374611, 868644

 

 

 

KUNJUNGI JUGA

 

 

Yuk Ngaji Qur’an yang dilengkapi terjemah dan penjelasan di Laduni

 

Profil
Pondok pesantren al-Urwatul Wustqo bermula dari sebuah aktifitas pengajian al-Quran diselenggarakan di sebuah bangunan musholla pada tahun 1946, satu tahun setelah indonesia merdeka, didirikan oleh KH.M. Ya’qub Husein, berlokasi di desa Bulurejo, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Propinsi Jawa Timur. Sejarah berdirinya Pondok Pesantren al-Urwatul Wutsqo tidak terlepas dari figur KH.M.Ya’qub Husein selaku pendirinya. KH.M. Ya’qub Husein, masa kecilnya bernama Soedjono berasal dari golongan keluarga “abangan,” awam dalam hal agama Islam, hidup di tengah masyarakat Indonesia sebagaimana pada umumnya pada periode tahun itu, yaitu Islam adat.

Indikasi tradisional Islam adat di periode ini antara lain mengadakan selamatan menyambut datangnya bulan Ramadhan dengan acara megengan, menyambut datangnya lailatul qodar dengan maleman, dan berhariraya dengan acara riyayan/ syawalan/ bawalan, walaupun banyak anggota masyarakat yang merayakan ini tidak menjalankan puasa di bulan Ramadhan. Hal ini dikarenakan dakwah para wali dan ulama baru pada tahap itu. Soedjono yang selanjutnya menjadi KH.M. Ya’qub Husein, menamatkan sekolah dasar yang saat itu bernama Sekolah Rakyat (SR) di desa Blimbing Kecamatan Gudo, berjarak tempuh sekitar 5 km arah selatan desa Bulurejo, dengan perjalanan kaki setiap hari.

Beliau melanjutkan menimba ilmu agama Islam, bermukim di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang di bawah asuhan KH. Hasyim Asyari, pendiri Jamiyah Nahdlatul Ulama (NU), sebuah organisasi kemasyarakatan terbesar di Indonesia, kakek dari KH. Abdurrahman Wahid, kyai yang menjadi PresidenRI keempat. Pesantren Tebuireng berjarak 3 km arah barat dari desa Bulurejo. Soedjono yang berganti nama Muhammad Ya’qub bin Husein, tinggal di pesantren itu sampai dewasa dan menjadi mantri guru (Kepala Sekolah).

Setelah senior dalam menimba ilmu, dan kondisi kesehatannya yang sering sakit-sakitan maka beliau “boyong” pulang dan kemudian mendirikan Musholla di rumahnya, di desa Bulurejo, dengan mengajak beberapa teman dari pondok Tebuireng untuk menyelenggarakan aktifitas pengajian al-Qur’an di musholla tersebut. Pada perkembangan selanjutnya status mushola ini ditingkatkan menjadi Masjid dan difungsikan untuk jamaah sholat Jum’at. Bangunan masjid tersebut mengalami pemugaran yang pertama pada tahun 1955, dan rehab perluasan serambi masjid pada tahun 1965 bersamaan dengan momentum tragedi G-30 S/PKI.

Partai Komunis Indonesia (PKI) punya misi merubah Indonesia menjadi negara komunis dengan cara kekerasan bahkan ada kasus beberapa orang muslim yang tengah menjalankan sholat subuh dibunuh. Usaha mereka gagal sehingga berakibat PKI dinyatakan sebagai partai terlarang di Indonesia berikut berdampak terjadinya pembantaian massal secara nasional terhadap para antek partai terlarang tersebut. Situasi mencekam itu terjadi dan berekses pula pada membludaknya orang yang mencari perlindungan untuk menyelamatkan nyawa dengan tindakan antara lain mendatangi dan berdiam di masjid-masjid, termasuk di masjid Bulurejo.

Peristiwa itu menjadi momentum bagi awal ramainya yang datang ke masjid, termasuk untuk sholat Jum’at dimana khutbah Jum’at mempunyai makna penting bagi dakwah Islamiyah. KH. M. Ya’qub sering bersilaturrohmi ke teman sejawatnya di berbagai desa lain dan mengajak mendirikan masjid-masjid yang arsitektur/ model bangunannya hampir sama. Masjid-masjid tersebut dibangun dalam waktu yang hampir bersamaan dan dipakai untuk pusat dakwah Islamiyah.

Masjid-masjid  tersebut juga berfungsi sebagai sarana lembaga pendidikan formal Madrasah Ibtidaiyah (MI). Beliau juga perintis berdirinya lembaga pendidikan Ma’arif tingkat kabupaten. Melalui Lembaga Pendidikan Ma’arif ini beliau mengajak teman sejawat mendirikan Madrasah Ibtidaiyah pada hampir setiap desa, dengan sarana awal masjid maupun rumah penduduk sebagai ruang kelas. Banyak guru agama diupayakan oleh beliau untuk diangkat menjadi pegawai negeri sipil. Adanya Madrasah Ibtidaiyah pada saat itu sangat penting sebagai langkah kaderisasi da’i dan mengisi momentum kemerdekaan Indonesia. Banyak diantara lulusan MI tersebut selanjutnya menjadi kiyai yang mendirikan pesantren.

Pendidikan
1. MI

2. MTs
3. SMA
4. MA 
5. STIT
6. Madin

Fasilitas
Masjid, asrama santri, kantor, asrama pengasuh, dapur, gedung sekolah, lapangan, koperasi santri, perpustakaan, laboratorium komputer, laboratorium bahasa, gudang, kamarmandi/wc, klinik kesehatan.

Ekstrakurikuler
Pembinaan Tahfidz dan Tanfidz Al-Qur'an, marawis atau hadrah, Kajian kitab kuning, pidato, pramuka, komputer, bahasa asing, kaligrafi, silat, basket, voli, sepakbola, marching band, pengembangan jurnalistik dan publisistik, pengembangan Exacta (Lab Skill), Ketrampilan hidup/usaha

Alamat
Bulurejo, Diwek, Bulurejo, Jombang, Kabupaten Jombang, Jawa Timur 61471Telepon: (0321) 868644

 

Data pesantren lebih lengkap per propinsi dan kabupaten/kota dapat dicek di wiki.laduni.id/pesantren
Untuk berpartisipasi memperbarui informasi ini, silakan mengirim email ke redaksi@laduni.id.

 

 

 

 

 

 

 

 

 


 

 

 

Relasi Pesantren Lainnya

  • Belum ada pesantren yang berelasi dengan pesantren ini.