LDNU Gelar Seminar Nasional Da’i Entrepreneur

 
LDNU Gelar Seminar Nasional Da’i Entrepreneur

LADUNI.ID, Jakarta -  Sekretaris Jendral Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Helmy Faishal Zaini dalam sambutannya berpesan agar mencontoh Nabi Muhammad SAW sebagai sosok yang sukses di dunia entrepreneurship. Menurutnya akan mustahil Nabi melamar Siti Khadijah jika ia bukanlah sosok yang kaya.

“Muhammad melamar Khadijah setara 100 unta merah, kalau sekarang setara 1 mercy S class. Jadi kalau beliau bukan orang kaya, beliau tidak akan bisa melamar khadijah dengan 100 unta merah." Ucapnya dalam acara Seminar Nasional Da'i Entrepreneur tahun 2019 yang bertajuk "Improve Your Mind And Creativity To Be A Competitive Entrepreneur" yang digelar di gedung PBNU lt.8, jalan Kramat Raya, Rabu, 20/11/2019.

Lanjut ia menjelaskan bahwa Islam memiliki dua tugas utama sebagai teologi pembebasan yakni membebaskan manusia dari ketakutan dan dan rasa lapar.

“Bagaimana mungkin kita bisa bersedekah kalah tangan kita selalu dibawah.” Katanya.

Selain menekankan pada aspek ikhtiar dalam berusaha, ia juga berpesan agar sebagai hamba seyogianya selalu mendekatkan diri kepada Allah sebagai satu-satunya Dzat pemberi rizki.

"Allah itu maha kaya, maka dekatlah padanya maka engkau menjadi kaya. Allah adalah sumber dari segala sumber rizki. Maka barang siapa bertaqorrub kepadanya akan terpancar rizkinya.” Tuturnya.

Senada dengan Helmy, ketua Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) KH. Agus Salim juga menekankan pentingnya menjadi seorang da’i entrepreneur dalam upaya memperkuat ekonomi serta meningkatkan kualitas diri.

“Standar wirausaha tetap kita harus sungguh-sungguh dalam rangka untuk meningkatkan mutu kita sendiri" ucapnya di tengah-tengah sambutan.

Melalui seminar ini, ia pun berharap agar nantinya para da’i mampu menjadi sosok entrepreneur yang handal. Karena menurutnya NU memiliki potensi yang luar biasa dari sisi market.

“Setelah ikut acara ini, mudah-mudahan terbuka semuanya." Ujarnya optimis.

Founder Waqara Prof. Dr. Dino Pati Jalal mengungkapkan bahwa etos entrepreneurship telah lama hilang di Indonesia selama ratusan tahun. Ia menilai Hal tersebut dibuktikan dengan tidak adanya kelas menengah entrepreneur muslim di Indonesia selama ratusan tahun.

Adapun indikator yang menjadi pemicunya menurutnya disebabkan adanya mentalitas victim yakni sikap memalangkan diri atau pesimis. “Ini banyak menjadi bagian dari kultur masyarakat kita selama ratusan tahun.” Kata mantan duta besar Indonesia untuk Amerika tersebut.

Faktor lain yang menjadi penghambat kemajuan entrepreneurship bangsa Indonesia dikarenakan memiliki sikap yang sangat anti kapitalis. Padahal tidak semua kapitalis itu buruk menurutnya.

“Jadi selama ratusan tahun, sikap anti kapitalis kita membuat kita jauh dari entrepreneurship. Padahal entrepreneurship adalah kapitalisme. Cuma bedanya adalah ini kapitalisme Indonesia yang bagus, yang seharusnya mulia dan baik.” Ujarnya.

Ia pun meyakini bahwa umat Islam akan memasuki masa kejayaannya lagi. Namun, Jika Islam ingin bangkit, menurutnya hal yang harus dilakukan pertama kali adalah belajar serta mengagungkan ilmu dan teknologi. Seperti halnya Baghdad yang menjadi pusat peradaban dunia di masa lalu.

“karena benar-benar mengagungkan dan mendorong ilmu pengetahuan dan teknologi.” Sambungnya.

Pesannya, jika ingin menjadi seorang entrepreneur muslim, maka harus memiliki keberanian dan siap mengambil resiko. "Kamu itu adalah sehebat resiko yang kamu ambil. Jika kamu gak ambil resiko, kamu gak maju." Tuturnya.

CEO Paytren Yusuf Mansur yang juga turut hadir sebagai narasumber menyampaikan kepada hadirin agar jangan sampai menjadi pribadi yang jauh dari Allah SWT. Berkaca dari pengalamannya bahwa modal kesuksesannya membangun bisnis Waroeng Steak tidak terlepas daripada ibadahnya kepada Allah SWT sebagai seorang hamba.

“Ketika awal-awal saya menjalankan bisnis warung steak, setiap harinya saya dan keluarga selalu membaca surat Al-Mulk dan surat Tabarok. Begitu juga ketika pagi, warung tidak akan dibuka sebelum shalat Dhuha dan membaca surat Al-Waqi’ah dan Ar-Rahman. Dan kami percaya cuma itu modalnya.” Ujarnya yang saat ini telah meraup omzet hingga 1 triliun per tahunnya.

Selain menyelenggarakan seminar, Acara juga ditandai dengan penandatanganan MOU berupa kerjasama antara Waqara dan LDNU.