Konsultasi Psikologi: Mengajarkan Sikap Tegas, Bisakah?

 
Konsultasi Psikologi: Mengajarkan Sikap Tegas, Bisakah?

Pertanyaan:

Anak perempuan cenderung tidak bisa menolak ajakan orang lain dan tidak bisa berkata tidak. Hal ini bagi sebagian orang tua tentunya menjadi khawatir. Bagaimana caranya mengajarkan agar anak perempuan kita bisa bersikap tegas dan bisa menolak ajakan teman-temannya terutama dalam hal yang tidak baik?

Jawaban:

Seorang anak perempuan yang memiliki karakter seperti itu tentu tidak mudah menghadapi teman sebayanya dengan berani. Namun, bukan berarti sikap tegas itu tidak bisa dilatih. Beberapa hal berikut mungkin bisa dilakukan:

Pertama, berikan contoh sikap tegas. Anak-anak cenderung akan meniru orang tuanya. Orang tua yang bersikap tegas dan percaya diri, akan dicontoh anak-anaknya.

Kedua, beri kesempatan anak untuk berterus terang. Anak akan belajar menjadi lebih yakin dan percaya diri jika diberi kesempatan untuk berbicara dan didengar. Orang tua mesti lebih banyak mendengar dan sedikit bicara. Lama kelamaan anak akan belajar bahwa orang tuanya bersedia mendengarkan masalah-masalahnya.

Ketiga, tunjukkan kekhawatiran. Ada baiknya orang tua menunjukkan kekhawatirannya kepada anaknya jika ikut-ikutan melakukan hal yang tidak baik karena ajakan temannya. Pelan-pelan sampaikan kepada anak tentang konsekuensi negatif jika ananda tidak bisa menolak ajakan temannya.

Keempat, carikan teman bermain yang lebih muda. Bermain dengan yang lebih muda memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar memimpin sehingga yang tadinya ananda selalu berada pada posisi sebagai pengikut, dalam situasi baru ini, anak berkesempatan untuk sesekali “memerintah” dan menjadi pihak yang lebih tinggi.

Kelima, beri tahu konsekuensi dengan bertanya “Bagaimana jika….?”. Anak seringkali belum bisa berpikir tentang konsekuensi dari sebuah tindakan. Simulasikan berbagai situasi dalam bentuk “Bagaimana jika…?”. Misalnya, “Bagaimana jika teman-temanmu menyuruhmu mencoret-coret dinding kelas?”. Tujuan dari ini adalah agar anak belajar memikirkan sebuah konsekuensi.

Mungkin itu beberapa hal yang bisa kami bagikan. Mudah-mudahan bermanfaat.

 

Salam hormat
Dr. Muhammad Fakhrurrozi, M. Psi, Psi
(Dosen Universitas Gunadarma - innozzi@yahoo.com)